Siapa bilang kinerja PSC CR jelek, mungkin penilaian tersebut dikaitkan dengan produksi minyak turun dan cost recovery naik terus.
Penilaian tsb kurang tepat harus diluruskan karena bicara kegiatan investasi ekplorasi dan eksplorasi K3S CR tidak hanya kinerja produksi “minyak” tapi juga “gas”.
Melihat gambar sejarah profil produksi minyak dan gas terlampir (Ref. PWC-Skkmigas ), sejak tahun 2003/4 produksi gas (1.4 jt boepd) sudah jauh di atas produksi minyak dan naik terus, sebaliknya produksi minyak turun terus terkait dg tidak banyak temuan cadangan minyak big fish. Era keemasan “oil” sdh berakhir diganti dg era “gas”.
Dengan demikian “mindset” masih era “oil” perlu diubah ke era “gas” apalagi pontensi cadangan lapangan gas masih banyak belum dikembangkan sehingga kinerja produksi ke depan masih bisa stabil atau naik tergantung “timing” proyek pengembangan lapangan gas dan penyerapan gas oleh pasar domestik.
Banyak temuan HC kegiatan K3S CR selama puluhan tahun didominasi oleh gas dibandingkan minyak mulai dari laut natuna, selat makassar, perbatasan kaltara-malaysia, maluku-australia, laut jawa, selat madura, dan Papua.
Nilai potensi cadangan gas tsb diperkirakan bisa lebih dari 70 TCF, potensi cadangan gas luar biasa dan jika diekivalen BOE sekitar range 12 – 13 milyar BOE bandingkan dg cadangan minyak saat ini sekitar range 3 – 7 milyar bbl.
Namun sayang banyak temuan HC gas tsb kurang dikembangkan secara cepat karena alasan komersial terutama kesiapan infrastruktur penyerapan gas untuk kebutuhan domestik dan harga jual gas.
Bicara kebutuhan energi maka energi gas bisa sebagai pengganti BBM dengan harga energi gas relatif lebih murah dan lebih bersih sehingga bisa mengurangi impor BBM.
Bicara kebutuhan baku Industri Petrokimia dimana pasokan gas utk industri petrokimia existing sedang mengalami penurunan maka untuk bisa lebih murah perlu relokasi atau membangun baru industri petrokimia di dekat sumber gas.
Cost Recovery (CR) yang dikatakan naik terus, perlu dicheck “unrecovered cost” nya (miliaran dollar ?), mungkin sebagian CR tsb berasal dari kegiatan investasi temuan eksplorasi dan eksploitasi cadangan gas big fish puluhan Tcf yang belum dikembangkan/dimanfaatkan sampai saat ini.
Disamping itu juga, banyak kinerja produksinya lapangan gas yg sdh dikembangkan (POD) tidak “perform” / tidak optimum karena tidak terserap oleh pembeli/pasar sehingga seolah-olah revenue turun sedangkan CR tetap atau naik.
Tidak logis jika K3S CR tidak melakukan optimasi biaya operasi pada saat produksi minyak turun/harga minyak rendah atau pada saat masa transisi terminasi PSC, banyak hal yg dilakukan utk optimasi biaya produksi seperti negosiasi harga dg vendor, konversi bbm ke gas, perampingan organisasi dan terakhir Mutual Agreement Termination ( MAT).
Jadi setelah melihat paparan di atas maka bisa disimpulkan bahwa “cost recovery” bukan hal negatif tapi merupakan investasi peningkatan cadangan/produksi yy tidak membebani keuangan negara, hal ini bisa dibuktikan dengan kinerja K3S (CR) selama puluhan tahun cukup bagus dan patut diapresiasi serta bisa dilanjutkan.
Oleh: Iman Nurkamal
anggota DP IATMI (Ikatan Ahli Tehnik Perminyakan Indonesia)