Wakil Menteri Perdagangan, Dyah Roro Esti Widya Putri, menegaskan bahwa perempuan memainkan peran penting dalam penggerak roda ekonomi dan perdagangan Indonesia. Namun, menurutnya, potensi besar tersebut belum sepenuhnya teroptimalkan karena masih adanya tantangan struktural dalam kepemimpinan serta budaya kerja yang belum sepenuhnya inklusif.
Hal tersebut disampaikannya saat menghadiri Women Empowerment Conference (WEC) 2025 yang digelar di The Westin Jakarta, Senin (14/4). Konferensi kali ini mengusung tema besar “Unlock Our Potential, Shaping Our Future of Indonesia”, dengan diskusi panel bertajuk “#UnlockOurPotential in Politics and Social: Women Lead, Nations Thrive”.
Tantangan dan Peluang Partisipasi Perempuan
Wamendag Roro mengungkapkan, meski perempuan mencakup hampir setengah dari populasi Indonesia, namun tingkat partisipasi mereka di dunia kerja masih tertinggal dari laki-laki. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 menunjukkan, pelibatan perempuan dalam sektor formal baru mencapai 22 persen, termasuk dalam bisnis skala besar maupun digital.
“Ini menunjukkan ruang besar yang bisa kita maksimalkan, khususnya dalam sektor perdagangan dan ekonomi digital,” ujarnya. Ia mencontohkan, di platform marketplace seperti Lazada, hanya sekitar sepertiga pelaku usaha yang berasal dari kalangan perempuan.
Menurut laporan McKinsey Global Institute, penutupan kesenjangan gender di bidang ekonomi global berpotensi menambah nilai PDB dunia hingga USD 28 triliun pada 2025. Roro menilai angka ini menjadi bukti bahwa inklusi perempuan bukan hanya keadilan sosial, tetapi juga investasi ekonomi strategis.
Perempuan di Panggung Kepemimpinan
Sementara itu, keterwakilan perempuan dalam jabatan publik juga masih jauh dari target. Berdasarkan data Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination, hanya kurang dari 20 persen posisi pimpinan tinggi (eselon II) di Indonesia yang ditempati perempuan. Padahal, UU No. 7 Tahun 1984 mendorong tercapainya minimal 30 persen keterwakilan perempuan di lembaga publik.
Roro menyebut stigma dan stereotip menjadi penghambat terbesar. “Masih banyak anggapan bahwa perempuan, terutama yang muda, tidak cukup tegas atau kurang berpengalaman. Kita harus ubah persepsi ini dengan pendidikan, aktualisasi, dan dukungan kebijakan yang tepat,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa gaya kepemimpinan perempuan umumnya bersifat partisipatif, inklusif, dan berorientasi pada hasil dengan tingkat integritas yang tinggi.
Mendorong Keterlibatan Lewat Media dan Kebijakan
Peran media juga tak luput dari sorotan. Roro menilai media massa dan media sosial sama-sama penting dalam mendorong perempuan tampil di ruang publik dan menunjukkan kapasitasnya. “Media sosial bisa menjadi alat untuk perempuan mengaktualisasikan diri, sementara media konvensional membantu menyampaikan capaian dan program strategis secara luas,” jelasnya.
Roro juga menekankan pentingnya mendorong perempuan menjadi pelaku utama ekspor melalui sektor UMKM dan ekonomi digital. Kedua sektor ini telah terbukti menjadi tulang punggung kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan pertumbuhan ekspor.
Meski masih menghadapi berbagai hambatan seperti keterbatasan akses pasar, pendanaan, serta literasi digital, Roro optimis peluang ke depan terbuka lebar berkat berbagai inisiatif yang telah digagas. Termasuk pelatihan ekspor, inkubasi bisnis, serta digitalisasi UMKM yang kini semakin mudah diakses oleh perempuan.
Komitmen Kementerian Perdagangan
Kementerian Perdagangan sendiri telah menyusun sejumlah langkah konkret untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan, antara lain:
-
Reformasi kebijakan perdagangan dengan melibatkan organisasi bisnis perempuan dalam perumusan kebijakan dan negosiasi perdagangan.
-
Pelatihan dan inkubasi bagi pelaku UMKM perempuan, khususnya dalam kesiapan digital dan ekspor.
-
Penguatan kepemimpinan perempuan, termasuk melalui program mentorship dan kolaborasi dengan organisasi seperti IWAPI dan KADIN.
-
Penyediaan akses pembiayaan inklusif, termasuk pinjaman mikro tanpa agunan bagi perempuan berpenghasilan rendah.
“Dengan akses yang setara terhadap pelatihan, pembiayaan, teknologi, serta dukungan kebijakan jangka panjang, perempuan Indonesia berpotensi menjadi motor penggerak utama ekonomi masa depan,” ujar Roro.