Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan tren pelemahan, menembus level psikologis 16.000 per dolar AS dalam beberapa hari terakhir. Pada Jumat (20/12/2024), kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pagi ini tercatat melemah tipis 1 poin atau 0,01 persen, berada di posisi 16.314 per dolar AS, naik sedikit dari posisi sebelumnya di 16.313 per dolar AS.
Melihat perkembangan ini, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memprediksi bahwa Bank Indonesia (BI) kemungkinan besar akan mengambil langkah untuk menurunkan suku bunga acuan pada tahun 2025. Langkah ini dinilai perlu untuk menjaga stabilitas rupiah di tengah tingginya volatilitas pasar akibat kebijakan ekonomi yang diterapkan pemerintah AS saat ini.
“Bank Indonesia diharapkan mengadopsi strategi pelonggaran moneter yang terukur pada 2025, sejalan dengan upaya Federal Reserve (The Fed) yang secara bertahap menurunkan suku bunganya,” ujar Josua, dikutip dari Antara.
Ia memperkirakan BI akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps), sehingga BI-Rate diproyeksikan berada di level 5,75 persen pada akhir 2025. Josua juga memproyeksikan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun berada di kisaran 6,95-7,15 persen untuk 2024 dan 6,75-7,05 persen untuk 2025, sedikit lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
Proyeksi Federal Reserve dan Dampaknya
The Fed baru-baru ini memangkas suku bunga sebesar 25 bps, namun Kepala The Fed, Jerome Powell, memberikan pernyataan bernada hawkish. Powell mengindikasikan bahwa pemangkasan suku bunga hanya akan mencapai 50 bps pada tahun 2025, lebih rendah dari ekspektasi sebelumnya yang mencapai 75-100 bps.
Proyeksi ekonomi AS juga mengalami revisi. Pertumbuhan ekonomi AS untuk 2024 diperkirakan meningkat dari 2 persen menjadi 2,5 persen, sedangkan untuk 2025 diproyeksikan mencapai 2,1 persen. Sementara itu, inflasi inti Personal Consumption Expenditure (PCE) diperkirakan masih berada di atas target 2 persen, yakni di kisaran 2,4-2,8 persen.
Ketidakpastian Domestik dan Tantangan bagi Rupiah
Di sisi domestik, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 6,00 persen pada rapat terakhirnya, Rabu (18/12/2024). Keputusan ini didasarkan pada ketidakpastian global yang semakin meningkat, terutama terkait kebijakan perdagangan yang direncanakan oleh Presiden terpilih AS, Donald Trump, yang akan memperluas tarif bea masuk lebih besar dari ekspektasi.
Meski begitu, BI masih memiliki ruang untuk melakukan pelonggaran moneter jika ketidakpastian global mulai mereda. Namun, Josua Pardede memperingatkan bahwa ketidakpastian tahun 2025 dapat mengurangi daya tarik aset Indonesia dan membatasi arus modal masuk, baik dari investasi langsung maupun portofolio.
“Permintaan yang melemah di sektor keuangan, ditambah dengan risiko melebarnya defisit neraca transaksi berjalan, akan memberikan tekanan tambahan pada rupiah,” ungkap Josua.
Sebagai penyesuaian atas dinamika tersebut, Josua merevisi proyeksi nilai tukar rupiah untuk 2024 menjadi Rp15.900-Rp16.200 per dolar AS, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya di kisaran Rp15.600-16 ribu. Sementara itu, untuk 2025, nilai tukar rupiah diprediksi berada di kisaran Rp15.600-16 ribu per dolar AS.
Josua menegaskan bahwa stabilitas nilai tukar sangat bergantung pada konsistensi kebijakan moneter BI serta kemampuan pemerintah dalam menjaga daya saing ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global.