Provinsi Aceh telah menjadi salah satu daerah di Indonesia di era digital yang mengadopsi sistem ekonomi syariah, didukung oleh Qanun yang mencerminkan komitmen kuat Pemerintah Provinsi Aceh.
Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika, Nezar Patria, mengungkapkan bahwa Aceh memiliki potensi besar untuk memajukan keuangan syariah digital.
“Ada peluang besar untuk menerapkan keuangan syariah digital. Kita tahu, aplikasi mobile banking berbasis syariah memudahkan layanan, serta e-commerce yang terus berkembang,” ujarnya dalam Diskusi Kelompok Terfokus bersama Bank Indonesia Wilayah Aceh di Banda Aceh, Selasa (06/08/2024).
Regulasi dan Potensi Digitalisasi
Menurut Nezar Patria, regulasi melalui Qanun membuat potensi ekonomi syariah di Aceh semakin besar. Ia menambahkan bahwa digitalisasi yang sedang berlangsung juga memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi syariah di wilayah tersebut.
“Di era digital ini, ekonomi syariah memiliki peluang lebih besar untuk memberikan manfaat luas kepada masyarakat melalui kemudahan dan kecepatan transaksi,” jelasnya.
Sebagai contoh, Nezar Patria menyebut penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dalam transaksi ekonomi syariah di Aceh.
“QRIS sangat memudahkan terutama bagi UMKM, karena menghilangkan kebutuhan akan uang tunai dan membantu proses kasir. Dengan QRIS, transaksi langsung tercatat di rekening bank, sangat praktis,” tuturnya.
Ekonomi Syariah di Tingkat Global
Ia juga menegaskan bahwa ekonomi syariah telah menjadi salah satu varian ekonomi yang diminati.
“Indonesia, dengan mayoritas populasi muslim, memiliki potensi besar untuk mengembangkan ekonomi syariah di tingkat global setelah Malaysia, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab,” tandasnya.
Diskusi Kelompok Terfokus bertema “Peran Pemerintah dan Lembaga Keuangan Syariah dalam Mewujudkan Ekosistem Keuangan Digital yang Aman dan Terpercaya” merupakan kolaborasi antara Kementerian Kominfo, Bank Indonesia Wilayah Aceh, PT Pegadaian Indonesia, dan para pemangku kepentingan.
Acara ini diawali dengan sambutan dari Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh, Rony Widijarto, dilanjutkan dengan pidato pembuka oleh Deputi Bisnis PT Pegadaian Kantor Area Aceh, Rahmat Hidayat, dan keynote speech oleh Wamenkominfo Nezar Patria.
Diskusi kemudian berlanjut dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan dari unsur pemerintah daerah, lembaga, dan lainnya.