Harga emas dunia mengalami tekanan signifikan dalam perdagangan pekan ini setelah sempat mencapai rekor tertinggi sepanjang masa. Pada pekan ini, harga emas turun 3,36% secara point-to-point (ptp). Namun, pada perdagangan Jumat (25/5/2024) kemarin, harga emas mampu berbalik arah dengan kenaikan 0,23% ke level US$ 2.333,76 per troy ons.
Penurunan harga emas selama dua hari berturut-turut pada pekan ini dianggap wajar mengingat sebelumnya harga emas mencatatkan rekor tertinggi pada 20 Mei 2024 di angka US$ 2.429,11 per troy ons. Meskipun emas berhasil rebound pada Jumat kemarin, penguatannya masih terbatas, sehingga kinerja sepanjang pekan ini kurang memuaskan.
Respons Pasar terhadap Risalah The Fed
Rebound terbatas pada harga emas dunia kemungkinan besar dipengaruhi oleh respons pasar terhadap hasil risalah rapat bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) yang diumumkan pada Kamis dini hari waktu Indonesia.
Risalah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 30 April – 1 Mei menunjukkan kekhawatiran tentang waktu yang tepat untuk pelonggaran kebijakan, terutama setelah serangkaian data menunjukkan inflasi masih lebih tinggi dari perkiraan sejak awal tahun ini. The Fed masih menargetkan inflasi turun ke level 2%.
“Para pejabat mengamati bahwa meskipun inflasi telah menurun selama setahun terakhir, namun dalam beberapa bulan terakhir masih kurang ada kemajuan menuju target 2%,” demikian isi risalah The Fed. Risalah tersebut juga menyebutkan bahwa “Sebagian pejabat menyatakan kesediaan mereka untuk memperketat kebijakan lebih lanjut guna mengatasi risiko inflasi yang masih panas.”
Sejak pertemuan tersebut, beberapa pejabat The Fed, termasuk Ketua The Fed Jerome Powell dan Gubernur The Fed Christopher Waller, menyatakan keraguan mereka apakah langkah selanjutnya adalah kenaikan suku bunga. FOMC memutuskan secara bulat pada pertemuan tersebut untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 5,25%-5,5%, level tertinggi dalam 23 tahun terakhir.
Risalah tersebut menyatakan bahwa para peserta menilai keputusan untuk mempertahankan kisaran target suku bunga dana federal dalam pertemuan ini didukung oleh data yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Dampak Terhadap Harga Emas Dunia dan Pasar Global
Akibatnya, peluang penurunan suku bunga semakin kecil. Menurut perhitungan CME FedWatch Tool, pasar memperkirakan 59% kemungkinan penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin (bp) pada September, turun dari sebelumnya 65,7%.
Ketidakpastian ini membuat The Fed mungkin melanjutkan kebijakan ketat atau mempertahankan suku bunga tetap tinggi. Dampaknya, aset berisiko akan tertekan, sehingga emas sebagai instrumen safe haven akan kembali diburu investor untuk aset lindung nilai.
Di sisi lain, permintaan emas yang tinggi dari bank sentral China (People’s Bank of China/PBoC) juga membantu harga emas dunia bangkit. Menurut analisis terbaru Jan Nieuwenhuijs dari Gainesville Coins, sejak tahun 2022, bank sentral banyak membeli emas secara terselubung (disebut sebagai pembelian “tidak dilaporkan”).
Nieuwenhuijs menyatakan bahwa saat ini sudah diketahui secara luas bahwa Dewan Emas Dunia (WGC) menerbitkan statistik tunggal tentang pembelian agregat oleh bank sentral setiap kuartal, yang jauh lebih tinggi dibandingkan laporan gabungan otoritas moneter.
Berdasarkan penelitian Nieuwenhuijs, bank sentral China kini memiliki cadangan emas seberat 5.542 ton, mempertahankan pengaruh kuatnya di pasar emas global.