Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah mengumumkan bahwa pendapatan negara bukan pajak atau PNBP di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru mengalami penurunan sekitar 30-40 persen akibat insiden kebakaran hutan dan lahan di wilayah tersebut.
Penurunan PNBP ini terjadi karena kebakaran hutan dan lahan telah menghentikan sejumlah kegiatan pariwisata dan ekonomi kreatif yang biasanya terjadi di Bromo.
Menurut Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif, seorang Ahli Utama di Kemenparekraf, “Berdasarkan analisis ekonomi, kejadian kebakaran yang mengakibatkan berhentinya aktivitas pariwisata dan ekonomi kreatif tentunya dapat menyebabkan penurunan PNBP hingga 30-40 persen.”
Data statistik tahun 2022 menunjukkan bahwa PNBP di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru mencapai sekitar Rp11,65 miliar. Untuk mencapai angka ini lagi, dibutuhkan upaya yang signifikan, terutama dalam periode pemulihan pasca pandemi Covid-19.
Dampak dari insiden ini juga terasa pada industri perjalanan. Salah satu agen perjalanan melaporkan bahwa banyak wisatawan yang ingin mengunjungi Bromo telah membatalkan reservasi mereka. Ini termasuk wisatawan dari Malaysia dan Singapura, dengan sekitar 5 pax yang telah membatalkan melalui agen tersebut, dan jumlah orang yang terpengaruh mencapai 5-15 orang.
Selain itu, kebakaran hutan dan lahan yang dipicu oleh pengunjung yang menyalakan flare atau suar telah memaksa Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) untuk menutup seluruh akses wisata di taman nasional tersebut.
Penutupan taman nasional ini memiliki dampak tidak hanya pada lingkungan sekitarnya, tetapi juga pada aspek ekonomi dan sosial. Kemenparekraf menyatakan keprihatinan dan bela sungkawa terutama kepada warga setempat dan pelaku ekonomi kreatif yang terdampak oleh kejadian kebakaran hutan dan lahan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Saat ini, BB TNBTS sedang melakukan evaluasi untuk rencana pembukaan kembali kawasan taman nasional ini, dengan fokus pada keselamatan pengunjung.
Direktur Wisata Minat Khusus di Kemenparekraf, Itok Parikesit, menambahkan bahwa pemerintah berencana untuk meningkatkan informasi tentang tindakan yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan, terutama tindakan yang sebaiknya dihindari. Selain itu, Kemenparekraf akan bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk memperkuat dan memperdalam pengetahuan para pemandu di kawasan taman nasional.
“Mungkin dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang pemandu gunung, kita akan menambahkan konten-konten baru, salah satunya adalah cara mengurangi dampak sampah untuk wisata gunung yang berkelanjutan,” tambahnya.
Dengan peningkatan upaya pemulihan dan kesadaran lingkungan, diharapkan kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dapat pulih dari dampak kebakaran hutan dan lahan, serta menjadi destinasi wisata yang berkelanjutan.