Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa langkah cepat dan kuat dalam pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19 telah membawa Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi. Indonesia bahkan telah berhasil kembali masuk ke kelompok negara berpendapatan menengah atas (upper-middle income countries) pada tahun 2022.
“Pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut. Pada paruh pertama tahun 2023, pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,1 persen. Tingkat inflasi di Indonesia juga berhasil terkendali, mencapai 3,1 persen hingga bulan Juli 2023,” ujar Presiden Jokowi dalam pidatonya mengenai RAPBN 2024 dan Nota Keuangan yang disampaikan di Gedung DPR pada hari Rabu, 16 Agustus 2023.
Jokowi menekankan bahwa kebijakan fiskal yang diterapkan oleh Indonesia telah terbukti efektif dalam menangani dampak pandemi sekaligus menjaga pertumbuhan ekonomi. Bahkan, defisit fiskal Indonesia telah berhasil kembali berada di bawah 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), jauh lebih cepat dari rencana awal yang ditetapkan.
Dalam konteks global, Presiden Jokowi mengamati bahwa sebagian besar negara masih menghadapi defisit fiskal yang signifikan. Contohnya, India mencatat defisit fiskal sebesar 9,6 persen dari PDB pada tahun 2022, sedangkan Jepang mencapai 7,8 persen, Cina 7,5 persen, Amerika Serikat 5,5 persen, dan Malaysia 5,3 persen.
Sementara itu, Indonesia berhasil menjaga rasio utangnya pada tingkat yang lebih rendah, terutama jika dibandingkan dengan negara-negara dalam kelompok G20 dan ASEAN.
Presiden Jokowi menyatakan, “Rasio utang Indonesia bahkan telah mengalami penurunan, dari 40,7 persen dari PDB pada tahun 2021 menjadi 37,8 persen pada bulan Juli 2023. Untuk perbandingan, rasio utang Malaysia saat ini mencapai 66,3 persen dari PDB, sedangkan Cina mencapai 77,1 persen, dan India mencapai 83,1 persen.”
Dalam tiga tahun terakhir, dunia telah menghadapi dampak parah dari pandemi Covid-19 yang telah merenggut nyawa sekitar 6,9 juta orang. Krisis pandemi ini telah berdampak besar pada perekonomian global, mencapai angka sekitar US$ 2 triliun.
Presiden Jokowi mengakui bahwa pandemi ini telah memaksa semua negara untuk menerapkan kebijakan fiskal, moneter, dan keuangan secara ekstra.
Meskipun demikian, tidak semua negara mampu mengatasi krisis ini dengan sukses. Data dari IMF per Juni 2023 menunjukkan bahwa ada 36 negara yang menghadapi tekanan ekonomi akibat meningkatnya beban utang.
“Dengan rasa syukur, Indonesia berhasil menghadapi tantangan besar dari pandemi ini dan mencapai hasil yang positif. Indonesia bahkan menjadi salah satu contoh negara yang mampu mengatasi krisis kesehatan ini dengan cepat dan efektif,” tutur Presiden Jokowi.