PLTS Atap Program Strategis Kementerian ESDM

0
585
(Dok: esdm.go.id)
Pojok Bisnis

Jababeka – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sedang mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap secara masif.

PLTS Atap merupakan salah satu program strategis untuk pencapaian target Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat, serta pemenuhan target bauran energi nasional dari energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025.

“Pengembangan PLTS Atap merupakan program strategis bagi Kementerian ESDM, tidak hanya dari sisi energi, tetapi ingin juga menjadi penggerak dari sisi ekonomi. Kami sedang menyiapkan ekosistem supaya rantai pasok dan pemanfaatannya terjadi di dalam negeri,” tutur Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana saat menyampaikan sambutannya pada Peresmian PLTS Atap di Kawasan Industri Jababeka dan Deklarasi Jababeka Net Zero Forum, Rabu (11/1) lalu.

Dadan menambahkan, saat ini Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal EBTKE tengah melakukan pembahasan revisi Peraturan Menteri Nomor 26 Tahun 2021 yang mengatur pemanfaatan PLTS Atap guna mendorong optimalisasi capaian pemanfaatan PLTS Atap.

PT Mitra Mortar indonesia

“Ke depan, tidak ada batasan kapasitas per pelanggan sepanjang masih tersedia kuota pengembangan PLTS Atap. Ekspor listrik tidak lagi dihitung sebagai pengurang tagihan dan penghapusan biaya kapasitas bagi pelanggan golongan industri. Selain itu, pelanggan eksisting akan mengikuti aturan baru setelah berakhirnya kontrak atau tercapainya payback period paling lama 10 tahun,” jelas Dadan.

PLTS Atap saat ini telah menjadi solusi pemanfaatan energi terbarukan di perkotaan yang lahannya terbatas. Potensi PLTS Atap secara nasional mencapai 32,5 GW dari pelanggan golongan rumah tangga, industri, bisnis, sosial maupun pemerintah, dengan pemanfaatannya baru mencapai sekitar 80 MWp di akhir tahun 2022.

Pada kesempatan ini, Dadan juga menyampaikan penghargaan dan apresiasi kepada PT Jababeka Tbk yang telah mendorong pemanfaatan EBT dengan terpasangnya PLTS Atap berkapasitas 230 kWp. Hal ini dicapai melalui kolaborasi antara PT Jababeka Infrastruktur dan PT Pertamina Power Indonesia. Penambahan ini akan memperbesar pemanfaatan PLTS Atap di kawasan industri Jababeka yang telah mencapai 3,5 MWp.

“Tren persaingan pasar global saat ini menuntut industri untuk menciptakan produk hijau yang proses produksinya menggunakan sumber EBT. Ekonomi nasional kedepannya akan tumbuh ke arah green economy yang didukung dengan adanya green industry. Diharapkan hal ini dapat menjadi role model bagi kawasan industri lainnya,” pungkas Dadan.

Pembangungan PLTS Atap merupakan salah satu upaya PT Jababeka Tbk dalam inisiatif mencapai Net Zero Emission. Pada kawasan Industri Jababeka sudah terdapat delapan tenant yang menggunakan PLTS Atap dengan total kapasitas mencapai 3.521,3 kWp atau sekitar 3,5 MWp. Selain itu terdapat potensi sebanyak 12 tenant yang akan memasang PLTS Atap dengan total kapasitas sekitar 4,7 MWp.

“Kawasan Industri Jababeka berkomitmen penuh dalam mewujudkan visi bangsa untuk mewujudkan masa depan industri yang lebih baik di Indonesia NZE pada 2060 di mana energi terbarukan menjadi nyawa dari gerakan ini,” tutur Presiden Direktur PT Jababeka Infrastruktur Cahyadi Raharja pada kesempatan yang sama.

Komitmen tersebut kemudian dituangkan pada B20 side event di mana kelompok industri/perusahaan di Kawasan Industri Jababeka menandatangani pernyataan bersama dan mengumumkan rencana menjadi the first Net Zero Industrial Cluster di kawasan Asia Tenggara dan menjadi yang ke-12 di dunia. Selain itu pada World Economic Forum Annual Summit 2023 di Davos akan diluncurkan Jababeka Net Zero Forum yang bertujuan untuk mengumpulkan ide, peluang, strategi, dan rencana gerakan Net Zero Emission di Kawasan Industri Jababeka.

“PLTS Atap Jababeka adalah komitmen dari Jababeka berkolaborasi dengan satu mitra, yaitu Pertamina lewat Pertamina New Renewable Energy dengan membangun PLTS Atap di dua lantai dengan total kapasitas 230 KWP. PLTS Atap yang dibangun merupakan tahap satu yang telah dibangun dan akan masih banyak perkembangan selanjutnya terkait PLTS Atap,” terang Cahyadi.

Sebagai pengelola kawasan industri dengan luas sekitar 5.600 Hektar, Jababeka memiliki potensi untuk turut mengajak dan berkontribusi dalam mengimplementasikan teknologi yang ramah lingkungan. “Kita harus bersama-sama dengan pengelola kawasan industri, penyedia teknologi dan Pemerintah untuk kolaborasi guna mewujudkan kawasan industri NZE. Mari melalui langkah awal ini kita bersam-sama mewujudkan masa depan kawasan industri berkelanjutan,” tegas Cahyadi.

DISSINDO
Top Mortar Semen Instan