Berempat.com – Di tengah memanasnya ketegangan ekonomi global, salah satunya adalah potensi kenaikan suku bunga The Fed, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan bahwa Indonesia masih punya pondasi kuat. Apalagi, Sri Mulyani menegaskan bahwa APBN tahun ini lebih kuat dibanding sebelumnya.
“APBN 2018 jauh lebih kuat dibanding APBN tahun sebelumnya,” ujarnya di Jakarta, Jumat (11/5).
Menurut pemaparan Sri, defisit APBN hingga 30 April 2018 hanya mencapai Rp 55,1 triliun, berbeda dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 72,2 triliun. Selain itu, optimisme Sri munucl karena keseimbangan primer yang surplus Rp 24,2 triliun. Capaian tersebut lebih besar dibanding tahun lalu Rp 3,7 triliun.
Selain itu, Sri juga menyinggung soal peningkatan ekonomi Indonesia di kuartal pertama sebesar 5,06% dibanding tahun lalu. Bahkan, pertumbuhan tersebut diklaim menjadi yang tertinggi sejak 2015. Adapun pada kuartal pertama 2015 ekonomi tumbuh 4,83%, kuartal pertama 2016 tumbuh 4,94%, dan kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01%.
“Selain itu, ekspor juga mengalami peningkatan, meskipun memang tidak secepat kenaikan impor,” sambungnya.
Kemudian ada juga penguatan dalam hal penerimaan pajak sampai April yang dianggap baik. Sampai saat ini pajak yang telah diterima negara mencapai Rp 416,9 triliun, atau tumbuh 11,2% (dengan amnesti pajak) atau 15% (tanpa amnesti pajak).
Kemudian, dalam upaya mengembalikan nilai tukar rupiah pada fundamentalnya, pemerintah akan memperluas alternatif sumber pembiayaan dengan menerbitkan SBN melalui private placement, dan pinjaman program dari developement partner.
Selain itu, Sri juga telah menyiapkan samurai bond yang bisa ditingkatkan pembiayaannya hingga 150 milliar yen.
Lebih lanjut, menurutnya, pemerintah mampu menyerap SBN hingga Rp 12 triliun melalui Badan Layanan Umum (BLU). Bahkan, pemerintah juga menyiagakan Bond Stabilization Framework (BSF) demi menjaga pembiyaan secara stabil dan berkelanjutan.