Rata-rata produsen atau distributor yang menawarkan peluang keagenan, menjanjikan keuntungan pada agen sebesar 30 % dari potongan harga jual retail yang telah ditetapkan. Dari sekian tawaran keagenan sepatu yang ada, meski sebagian menawarkan keuntungan yang kurang lebih sama, namun belum tentu semua potensial untuk dijalankan.
Menurut Pengamat Marketing Handito Joewono dalam memilih tawaran keagenan yang harus diperhatikan adalah kredibilitas produsen, dan mencoba mengetahui persepsi yang sudah terbentuk terhadap produsen dan merek sepatu yang dimaksud. Selain itu, Handito menyarankan untuk memilih produsen dengan produk yang variatif dan dinamis mengikuti perubahan, karena sepatu adalah produk fesyen yang terus mengalami perubahan tren secara dinamis.
Pengamat mode, Teges Prita Soraya mengatakan tren fesyen tanah air selalu mengacu tren fesyen dunia. Namun untuk pasar kelas menengah ke bawah kecepatan dalam mengikuti tren mungkin tidak terlalu cepat. Menurut Teges, jika mengacu pada tren Eropa Fall 2010, tren sepatu kembali ke sepatu yang berkesan maskulin.
Teges menyarankan bagi toko atau pelaku usaha sepatu sebaiknya punya koleksi klasik yang memang selalu punya pasar, dan punya juga koleksi yang sifatnya trendi. Teges manambahkan, di indonesia jenis strappy shoes (sepatu dengan model tali) dan sandal perempuan dari tahun ke tahun selalu punya peminat.
Kekuatan atau daya tarik produk ke konsumen akhir, adalah hal penting yang harus diperhatikan sebelum mengambil peluang keagenan sepatu. Karena semudah apapun syaratnya, dan setinggi apapun diskon yang ditawarkan ke agen, akan percuma jika produk tidak diterima pasar.
Sementara itu, pengamat bisnis dan marketing Valentino Dinsi, mengingatkan tentang faktor orisinalitas produk. Karena produk punya ciri khas dan tidak mudah ditiru lebih punya ekslusifitas.
Sebuah produk yang dipasarkan dengan sistem keagenan, bisa berhasil jika produk tersebut tidak mudah ditemui di pasaran umum. Sebuah produk yang sebelumnya diminati dan dipasarkan lewat cara keagenan, ketika terlalu banyak di pasaran umum menjadi tidak begitu istimewa.
Apalagi jika produk dengan mudah ditiru dan dibajak persis seperti yang asli dan beredar di pasaran dengan harga yang jauh lebih murah, produk tersebut cenderung akan mulai ditinggalkan.
Produk sepatu wanita Mimosabi, dengan desainnya yang unik dan dipasarkan dengan sistem keagenan, saat ini belum begitu banyak ditemui di pasaran umum, sehingga masih diminati. Maria Ulfa, salah satu Reseller Mimosabi yang baru bergabung sejak tiga bulan lalu, kini mampu menjual 50-60 pasang sepatu perbulan, dengan omset mencapai Rp 8 jutaan perbulan.
Namun, menurut Citra, distributor ekslusif Mimosabi untuk wilayah Jakarta, saat ini sudah mulai beredar produk yang menyerupai produk Mimosabi, namun dengan kualitas yang masih dibawah produk asli.
Peluang menarik ditawarkan distributor sepatu dari Bandung, www.sepatubandung.com, yang menawarkan peluang keagenan hanya dengan modal katalog, yang bisa didapat dengan mendaftar dan mengganti biaya kirim sebesar Rp 20 ribu, Katalog tersebut bisa langsung digunakan untuk alat berjualan, selanjutnya pesanan awal minimal hanya lima pasang sepatu dan pesanan selanjutnya bebas, up date katalog terbaru juga akan dikirimkan gratis bersama pesanan sepatu yang dikirim ke agen.
Modal yang sangat ringan, dan produk yang sangat variatif karena distributor tidak hanya memasarkan produk dari satu produsen, menjadi daya tarik sepatubandung.com. Dari segi model dan kualitas produk, sepatu buatan Cibaduyut sudah cukup dikenal.
Namun secara branding produk yang ditawarkan kalah jauh dibanding buatan produsen besar. Selain itu, ternyata ada keluhan dari agen, pada ketersediaan stok produk pada distributor yang terkadang tidak ada. Tidak semua produk yang ada di katalog barangnya tersedia.
Junaedy yang baru tiga bulan lalu menjadi agen sepatubandung.com, beranggapan, sebagai usaha sambilan dan dengan modal awal yang hanya Rp 20 ribu, keuntungan sebesar Rp 300-400 ribu yang bisa ia dapat perbulan, tergolong lumayan.