
Metode pembayaran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) semakin melekat dalam keseharian masyarakat Indonesia. Kemudahan transaksi yang ditawarkan membuat penggunaan QRIS meluas, mulai dari pusat perbelanjaan modern hingga pedagang kecil di berbagai daerah.
Tidak hanya praktis, QRIS juga mengurangi kebutuhan masyarakat untuk membawa uang tunai. Melalui aplikasi di ponsel, berbagai transaksi bisa diselesaikan dalam hitungan detik, tanpa harus bolak-balik ke mesin ATM. Bagi para pelaku usaha kecil, metode ini menjadi solusi efektif untuk mempercepat transaksi sekaligus mengurangi kerepotan menyediakan uang kembalian.
Selain meningkatkan efisiensi, penggunaan QRIS juga memberikan rasa aman karena mengurangi risiko kehilangan uang tunai serta mendukung pencatatan transaksi secara otomatis. Hal ini menjadikan QRIS sebagai salah satu pendorong utama dalam transformasi digital sektor keuangan Indonesia.
AS Soroti Transparansi Pengembangan QRIS dan GPN
Namun di balik kesuksesan domestik ini, QRIS justru mendapat sorotan dari Amerika Serikat. Dalam laporan tahunan National Trade Estimate (NTE) 2023 yang diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR), AS mengeluhkan kurangnya keterbukaan dalam pengembangan QRIS dan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN).
Menurut laporan tersebut, perusahaan-perusahaan perbankan AS merasa tidak diberikan cukup informasi tentang perubahan kebijakan terkait QRIS dan GPN. Mereka juga mengkritik minimnya kesempatan untuk berpartisipasi atau menyampaikan masukan. Tak hanya itu, AS menilai kedua sistem ini tidak dirancang agar kompatibel dengan jaringan pembayaran global.
Sebagai informasi, QRIS merupakan standar nasional yang dikembangkan oleh Bank Indonesia untuk mengintegrasikan pembayaran digital menggunakan QR Code dari berbagai penyedia jasa pembayaran. Sementara itu, GPN berfungsi sebagai infrastruktur untuk menghubungkan berbagai kanal pembayaran domestik antarbank.
Pertumbuhan Pembayaran Digital Indonesia
Terlepas dari kritik tersebut, perkembangan sektor pembayaran digital Indonesia menunjukkan tren yang sangat positif. Data Bank Indonesia mencatat, sepanjang tahun 2024, nilai transaksi digital meningkat 36,1% dibandingkan tahun sebelumnya. Transaksi perbankan digital juga tumbuh 16,6% (yoy), sementara volume transaksi melonjak 35,3%.
Bank Indonesia pun memperluas kerja sama QRIS lintas negara, seperti QRIS antar-ASEAN yang sudah mulai diimplementasikan dengan Thailand, Malaysia, dan Singapura. Upaya ini membuka peluang pembayaran lintas negara hanya dengan menggunakan QR Code, memperkuat posisi Indonesia dalam peta ekonomi digital Asia Tenggara.
Ke depan, BI berencana memperluas jaringan QRIS internasional hingga ke negara-negara lain di kawasan Asia dan Timur Tengah, memperluas akses pelaku usaha Indonesia ke pasar global.