Wakil Menteri UMKM, Helvi Moraza, menegaskan bahwa Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan gizi masyarakat tetapi juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi sektor UMKM.
“Program ini memiliki potensi besar untuk mendukung pertumbuhan UMKM dengan alokasi anggaran sebesar Rp171 triliun dan penerima manfaat mencapai 82,9 juta orang,” ujar Helvi dalam sambutannya pada webinar tentang perluasan keterlibatan UMKM dalam MBG, Kamis (20/3).
Peningkatan Jumlah UMKM dan Dapur SPPG
Saat ini, sebanyak 726 Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) telah beroperasi di 38 provinsi, dengan lebih dari 1.500 UMKM yang telah bergabung sebagai penyedia bahan baku. Seiring dengan target pengembangan 32.000 dapur SPPG pada tahun 2025, jumlah UMKM yang terlibat diproyeksikan akan terus bertambah.
Helvi juga menyoroti besarnya perputaran ekonomi dalam program ini. Setiap dapur SPPG dapat memproduksi 3.000 porsi makanan per hari dengan nilai ekonomi sekitar Rp30 juta, atau setara Rp600 juta per bulan.
Agar UMKM dapat berpartisipasi secara optimal, pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi, salah satunya adalah kemudahan akses pembiayaan bagi pelaku usaha.
“Melalui akses modal yang lebih mudah, UMKM bisa lebih leluasa dalam pengadaan bahan baku, meningkatkan kapasitas produksi, dan memperluas distribusi produk pangan,” jelas Helvi.
Selain itu, pemerintah juga menginisiasi business matching yang mempertemukan petani, pelaku UMKM, platform digital, serta sektor ritel guna memperkuat rantai pasok dan membuka peluang pasar lebih luas.
Legalitas usaha juga menjadi perhatian utama dalam penguatan ekosistem pangan berbasis UMKM. Pemerintah terus mendorong pendampingan bagi pelaku usaha dalam memperoleh Nomor Induk Berusaha (NIB), sehingga mereka dapat beroperasi dengan lebih profesional dan memiliki daya saing tinggi.
Dampak Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja
Sementara itu, Direktur Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat Badan Gizi Nasional, Tengku Syahdana, menyatakan bahwa program MBG tidak hanya berfokus pada peningkatan gizi masyarakat, tetapi juga berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan di seluruh Indonesia.
“Selain meningkatkan konsumsi pangan bergizi, program ini juga mendukung pemanfaatan bahan pangan lokal serta mendorong kesejahteraan petani dan pelaku UMKM,” ungkap Tengku.
Lebih lanjut, program MBG juga diperkirakan mampu menciptakan lapangan kerja dalam jumlah besar. Dalam setiap dapur SPPG, dibutuhkan sekitar 35 hingga 50 tenaga kerja untuk berbagai keperluan, mulai dari memasak, mencuci peralatan, hingga operasional lainnya.
“Program ini membuka kesempatan bagi masyarakat, termasuk ibu rumah tangga yang sebelumnya tidak bekerja. Dengan bergabung di SPPG, mereka kini memiliki penghasilan yang bahkan melampaui Upah Minimum Kabupaten (UMK),” tambahnya.
Dengan dukungan penuh dari berbagai pihak, pemerintah optimistis bahwa program Makan Bergizi Gratis dapat menjadi solusi dalam memperkuat ketahanan pangan nasional sekaligus menggerakkan roda perekonomian di tingkat lokal.