Di tengah berbagai tantangan baik dari dalam maupun luar negeri, upaya untuk membangkitkan kembali industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional terus dilakukan. Tantangan-tantangan tersebut termasuk pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, penurunan daya beli masyarakat, dan regulasi yang kurang mendukung bisnis.
“Meskipun industri TPT menghadapi berbagai rintangan, kita tidak boleh pesimis. Kementerian Perindustrian tetap konsisten menjalankan kebijakan strategis untuk mengembangkan industri TPT nasional agar memiliki daya saing global. Dalam peta jalan industri nasional, sektor TPT mendapatkan prioritas karena kontribusinya yang besar terhadap perekonomian Indonesia,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada Kamis (4/7).
Kontribusi dan Tantangan Industri dan Produk Tekstil Nasional
Pada triwulan I tahun 2024, sektor produk tekstil menyumbang 5,84 persen terhadap PDB manufaktur dan berkontribusi terhadap ekspor nasional sebesar USD11,6 miliar dengan surplus mencapai USD3,2 miliar. Industri ini juga merupakan sektor padat karya yang menyerap lebih dari 3,98 juta tenaga kerja, atau 19,47 persen dari total tenaga kerja di sektor manufaktur pada tahun 2023.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang kompeten, Kemenperin melalui Balai Diklat Industri (BDI) Jakarta yang berada di bawah Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI), menyelenggarakan Diklat 3in1.
“Diklat ini kami dorong untuk menjalin kerja sama dengan industri. Contohnya adalah BDI Jakarta yang berkolaborasi dengan PT Globalindo Intimates,” kata Kepala BPSDMI Kemenperin, Masrokhan, pada penutupan Diklat Operator Sewing di PT Globalindo Intimates, Klaten, Jawa Tengah.
Kolaborasi dengan PT Globalindo Intimates
PT Globalindo Intimates, produsen pakaian dalam wanita yang telah menembus pasar ekspor, didirikan pada tahun 2008 dengan pabrik seluas 32.000 m2 dan mempekerjakan 3.600 orang. Pada tahun 2018, perusahaan ini memulai transformasi digital untuk meningkatkan operasi dan kapasitas produksi dengan teknologi 4.0. Transformasi ini berjalan baik dan pada tahun 2019, PT Globalindo ditunjuk oleh Kemenperin sebagai proyek Lighthouse Industry.
Kemenperin mengapresiasi PT Globalindo Intimates yang proaktif dalam program Diklat 3in1. Pada angkatan VI Diklat Operator Sewing, perusahaan ini menerima 50 peserta dari masyarakat sekitar PT Globalindo Intimates.
“Diklat ini merupakan bagian dari komitmen PT Globalindo untuk terus meningkatkan kompetensi dan profesionalisme karyawannya,” ujar Kepala BDI Jakarta, Ali Khomaini.
Kepala BPSDMI menambahkan bahwa pihaknya mengajak seluruh pelaku industri untuk bersama-sama mengembangkan SDM industri yang unggul demi mewujudkan Indonesia yang maju, adil, dan sejahtera. “Dengan bonus demografi yang semakin meningkat, diklat ini menjadi semakin penting. Bonus demografi harus dioptimalkan dengan menyiapkan SDM yang terampil dan kompeten,” jelasnya.
Direktur Operasional PT Globalindo Intimates, Teti Yani Hartono, menyampaikan harapannya agar langkah-langkah pemerintah dapat membangkitkan kembali industri tekstil di Indonesia.
“Kami telah melakukan berbagai langkah seperti meningkatkan efisiensi produksi, berinovasi, membuka pasar baru, dan meningkatkan kualitas SDM,” ujarnya. Meskipun dalam kondisi sulit, PT Globalindo tetap berkomitmen untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas produk melalui berbagai program pelatihan.