Jakarta – Kementerian Perindustrian proaktif mempromosikan keunggulan produk-produk industri nasional dari berbagai sektor di ajang pameran tingkat internasional.
Sebanyak 16 pelaku IKM mendapatkan fasilitas untuk ikut serta dalam pameran bergengsi Expo 2020 Dubai. Mereka adalah para peserta program peningkatan kapasitas yang diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin.
Guna mendorong lebih banyak desainer dan pelaku IKM fesyen muslim yang dapat menghasilkan produk berkualitas, Ditjen IKMA Kemenperin telah menyelenggarakan program Modest Fashion Project (MOFP) setiap tahun.
MOFP menjadi wadah pengembangan ekosistem desainer fesyen muslim agar berdaya saing unggul. “Kami berkolaborasi dengan banyak pakar bisnis fesyen untuk membuat program pembinaan yang mendorong para perancang busana muslim agar bisa mengembangkan bisnisnya,” ujar Plt. Direktur Jenderal IKMA Kemenperin Reni Yanita di Jakarta, Senin (1/11).
Tak hanya sektor fesyen muslim, Ditjen IKMA Kemenperin juga terus mendukung pengembangan IKM kosmetik yang bersaya saing global. Dari total 760 industri kosmetik di Indonesia, 95% merupakan sektorIKM. Artinya, IKM kosmetik punya peran besar dalam berkontribusi pada perekonomian nasional.
“Terdapat beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku IKM untuk mengembangkan sektor kosmetik ini, di antaranya berupa tren kosmetik halal yang terus meningkat, melimpahnya sumber daya alam bahan pembuatan kosmetik yang berhubungan dengan gerakan back to nature, maraknya produk kosmetik bagi anak-anak dan pria, serta beragam perayaan hari raya muslim yang bisa dijadikan kesempatan bagi IKM untuk menggenjot penjualannya,” papar Reni.
Agar IKM bisa memanfaatkan peluang tersebut, Ditjen IKMA Kemenperin konsisten memfasilitasi IKM melalui beragam program pelatihan pengembangan teknologi, inovasi, hingga promosi dan pemasaran. “Kami juga mendorong kerja sama industri kosmetik skala besar bermitra dengan industri antara dan pengemasan. Kerja sama ini dapat membantu IKM yang memproduksi barang setengah jadi, seperti minyak atsiri, menjadi produk akhir yang dapat dikonsumsi masyarakat,” ungkap Reni.