Kementerian Perdagangan mengajak para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) untuk membidik ekspor ke pasar nontradisional, salah satunya kawasan Amerika Selatan. Diversifikasi pasar tujuan ekspor saat ini semakin relevan dilakukan agar produk-produk Indonesia semakin banyak beredar di tingkat global.
Sebagai bentuk dukungan kepada para pelaku UKM, Kemendag memberikan informasi pasar dan berbagai kiat menembus pasar di kawasan tersebut, seperti Brasil dan Argentina melalui seminar web (webinar) bertajuk “Peluang Ekspor Produk UKM Indonesia ke Brasil dan Argentina”. Webinar berlangsung pada Kamis (22/10). Webinar ini merupakan kerja sama Indonesian Trade and Promotion Center (ITPC) Sao Paulo, Brasil, dengan Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Dewan Pengurus Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DPD DIY).
“Negara tujuan ekspor Indonesia saat ini masih didominasi Republik Rakyat Tiongkok, Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, dan India. Untuk diversifikasi pasar tujuan ekspor, kawasan yang cukup menjanjikan salah satunya adalah Amerika Selatan. Brasil dan Argentina merupakan negara dengan pangsa pasar yang cukup besar,” kata Menteri Perdagangan Agus Suparmanto saat menjadi pembicara kunci dalam webinar tersebut.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat (DPP) GPEI Toto Dirgantoro mengapresiasi webinar ini yang menunjukkan dukungan kepada UKM untuk meningkatkan ekspor. “Saat ini UKM kita perlu sekali mendapatkan perhatian, dorongan, dan kemudahan untuk melakukan ekspor,” ungkap Toto.
Kepala ITPC Sao Paulo, Armi Yuniani mengungkapkan, webinar ini ingin menunjukkan kepada pelaku usaha, khususnya UKM, besarnya potensi pasar di Amerika Selatan untuk digarap. Sebagai target ekspansi pasar di kawasan Amerika Selatan, Brasil dengan jumlah penduduk 212 juta memiliki kesamaan karakteristik dengan Indonesia sehingga menjadi pasar yang sangat potensial bagi produk-produk Indonesia, khususnya produk UKM. Karakteristik konsumen Brasil antara lain cenderung setia pada merek favorit dan sensitif terhadap harga.
Konsumen Brasil pun punya minat yang tinggi terhadap produk-produk elektronik dan kecantikan. “Konsumen Brasil juga peduli terhadap ulasan di media sosial atau lokapasar dan lebih memilih membeli melalui sistem elektronik (e-commerce),” imbuh Armi.
Menurut Armi, pandemi Covid-19 turut memengaruhi perilaku konsumen di Brasil. Warga Brasil kini semakin memerhatikan kesehatan. Karena pandemi memengaruhi ekonomi, warga Brasil jadi lebih sensitif terhadap harga sehingga mereka cenderung memilih produk berkualitas baik dengan harga murah atau yang sedang promosi. Ini menciptakan peluang bagi produk UKM Indonesia.
Produk makanan Indonesia yang berpotensi masuk ke pasar Brasil antara lain produk makanan dan minuman seperti kecap, olahan tepung dan kue, biskuit, cemilan, daging dan ikan kemasan, jus buah, kopi instan, mi instan, selai, dan teh instan; serta produk kebersihan dan perawatan diri seperti hand sanitizer, masker bedah, sarung tangan karet, pakaian bedah, produk perawatan rambut, perawatan wajah, perfumed bath salt, deodoran, dan alat cukur.
“Beberapa produk yang sangat diminati supermarket dan importir Brasil, terutama untuk produk UKM, antara lain kelapa kering/kopra, arang, kerajinan tangan, mebel dan furnitur, bumbu masakan Indonesia, produk biskuit, coklat, permen, dan minyak goreng dari kelapa sawit,” ungkap Duta Besar RI untuk Brasil, Edi Yusup.
Pada Januari–Agustus 2020, total ekspor Indonesia ke Brasil tercatat USD 568,48 juta. Nilai itu turun 16,7 persen dibanding periode yang sama tahun 2019 yang sebesar USD 682,42 juta. Produk ekspor utama Indonesia ke Brasil adalah minyak kelapa sawit, karet, suku cadang sepeda motor, peralatan listrik, suku cadang kendaraan, nikel, dan benang. Di sisi lain, produk impor utama Indonesia dari Brasil adalah bungkil hasil ekstraksi kedelai, gula, kapas, tank, tembakau, dan bijih besi.
Sementara itu, produk-produk yang potensial untuk masuk ke pasar nontradisional seperti Argentina antara lain makanan kemasan, produk-produk kesehatan, serta barang setengah jadi berupa kemasan kertas. “Peluangnya ada pada produk-produk high-end untuk home living, sepeda, fesyen; produk konsumsi seperti kaos, alat mandi dan sanitasi, dan makanan kemasan; serta barang setengah jadi seperti suku cadang berbahan karet dan produk kertas untuk kemasan,” ungkap Duta Besar RI untuk Argentina, Paraguay, dan Uruguay, Niniek Kun Naryatie.
Total ekspor Indonesia ke Argentina pada Januari–Agustus 2020 tercatat 100,95 juta. Nilai itu turun 27,0 persen dibanding periode yang sama tahun 2019 yang sebesar USD 138,22 juta. Produk ekspor utama Indonesia ke Argentina adalah karet, alas kaki olahraga, turbin, benang, mesin kendaraan, dan nanas. Di sisi lain, produk impor utama Indonesia dari Argentina adalah sereal, bungkil kedelai, produk olahan susu, udang, dan kapas.
Webinar ini diikuti hingga kapasitas maksimum 500 peserta, yang di antaranya termasuk UKM di bidang makanan dan minuman olahan, tekstil, dan kerajinan tangan. Turut menjadi pembicara dalam webinar ini Ketua Relawan Indonesia Bersatu Melawan Covid-19 Sandiaga Salahudin Uno dan Koordinator Jenderal Council of International Chambers of Commerce Kamar Dagang dan Industri Brasil, Michel Alaby.