Ikan nila merah merupakan jenis ikan konsumsi yang hidup di air tawar di mana habitat aslinya berasal dari wilayah Afrika, tepatnya sungai Nil dan sekarang berkembang telah menyebar ke berbagai negara Asia termasuk Indonesia. Maka tak heran ada nila yang di-branding sebagai nila Thailand, Malaysia, Singapura dan Filipina.
Kendati ikan nila memiliki banyak varietas yang dikembangkan dari masing-masing Negara asalnya, namun nila merah merupakan jenis yang paling banyak memiliki keunggulan ketimbang jenis ikan nila hitam.
Menurut Srihartono pelaku pembenihan ikan nila merah asal Sleman Yogyakarta, ikan nila merah merupakan jenis ikan yang tahan terhadap penyakit mematikan, mudah dikembangkan dan peminatnya tinggi. Pangsa pasarnya pun luas, pasalnya belakangan ini tren permintaan konsumen nila lebih tinggi pada nila merah dari pada nila hitam.
Dalam perjalanannya nila pun mengalami banyak penyempurnaan termasuk di-setting agar bisa hidup di air payau. Penyempurnaan-penyempurnaan tersebut dilakukan oleh Balai Benih Ikan tak lain agar produksi ikan nila dapat meningkat signifikan dan mampu menutupi permintaan pasar yang sangat tinggi.
Seperti halnya yang dilakukan Balai Benih Ikan Kalten Jawa Tengah yang berhasil melahirkan ikan nila merah Larasati sejak 5 tahun lalu dan ikan nila merah Sa yang berhasil di ciptakan Balai Benih Ikan Cangkringan Jogjakarta pada 2012. Bahkan baru-baru ini Balai Benih Ikan Jepara Jawa Tengah berhasil mencetak varietas nila yang mampu hidup di air payau yang di branding sebagai nila merah salin.
Srihartono menambahkan semua varietras ikan nila yang dikembangkan berbagai Balai Benih Ikan merupakan jenis nila merah di mana tiga tahun belakangan ini permintaan konsumen terhadap nila merah kian menunjukan peningkatan.
Ikan nila merah memiliki daging tebal berwarna putih bersih, tidak berbau lumpur, memiliki rasa gurih dan yang paling disukai konsumen ialah ikan nila tak memiliki duri halus seperti ikan mas sehingga sangat mudah untuk dikonsumsi. Beberapa ikan nila merah memiliki ciri yang hampir serupa sehingga sulit membedakannya satu sama lain, dari varietas yang ada ikan nila merah terbagi menjadi ikan nila merah Singapura, nila Larasati, nila Salin, nila Sa dan nila merah lokal.
Bentuk tubuh ikan nila merah mampu tumbuh panjang hingga 30cm dan ramping, kepala seperti torpedo, sisik berukuran besar dengan warna merah keputihan dan corak bergaris hitam pada bagian punggung, sirip tajam seperti duri berwarna kemerahan dan mata besar menonjol dengan bagian tepi berwarna putih. Kendati memiliki banyak varian keunggulan nila merah antara satu dengan lainnya tak jauh berbeda.
Keunggulan ikan nila merah baru bisa terlihat setelah disandingkan dengan nila hitam. Budidaya nila merah di Indonesia sebetulnya sudah ada sejak awal tahun 2000an, meski telah 15 tahun di budidayakan masyarakat lokal namun nila merah tetap eksis menjadi ikan konsumsi dikarenakan terus bermunculannya varian ikan nila merah baru dengan pelabagi keunggulan dari generasi sebelumnya.
Prospek Cerah. Menurut Ir.Suparmono, MM Kepala Bidang Perikanan Kabupaten Sleman DIY, nila merupakan ikan masa depan yang memiliki prospek sangat cerah. Pasalnya sejak 5 tahun terakhir tren pertumbuhan nila cukup signifikan dengan grafik peningkatan rata-rata 15% per tahun.
Data Dinas Perikanan Kab Sleman selama 2014 lalu mencatat dari 30 ribu ton ikan yang diproduksi 32% di antaranya ialah ikan nila merah, mengikuti di bawahnya lele, gurame, bawal dan beberapa ikan lain. Itu menunjukan persentase nila mendapatkan porsi yang paling besar dikarenakan permintaan yang tinggi.
Suparmono menambahkan sejak 2010 Pemkab Sleman sengaja membudidaya nila karena pada saat itu lele merupakan komoditi yang sedang gencar dibudidayakan di banyak tempat, ia melihat bahwa ceruk pasar nila belum tergarap secara maksimal.
Benar saja, setelah lima tahun hasilnya mulai terlihat dengan semakin banyaknya pembudidaya yang kini beralih ke nila karena pangsa pasar luas, harga jual stabil dan cenderung naik karena didorong permintaan konsumen yang luar biasa besar.
Dilihat dari permintaan yang ada dalam satu bulan permintaan akan benih ikan nila bisa mencapai 250 ton, sebuah angka yang masih terlalu tinggi dari hasil produksi yang per hari baru mencapai 3-5 ton. Sejak 2-3 tahun belakangan ini Suparmono melihat tren permintaan nila justru berada di ukuran 4,5,6,7 ( 1kg isi 4,5,6,7).
Fenomena tersebut di akui Suparmono sangat menguntungkan petani karena ukuran ikan nila yang di inginkan konsumen berukuran kecil sehingga nila dapat diproduksi lebih cepat. Menyoal pasokan benih ikan nila, pada dasarnya rata-rata benih ikan nila yang ada didatangkan dari PT Aquafam selaku perusahaan benih ikan nila terbesar di dunia. Aquafam kerap mendederkan benih ke para petani nila di Sleman dengan imbalan petani diberikan indukan yang bagus untuk dibudidayakan.
Suparmono melihat, petani nila asal Sleman juga sering menyilangkan benih nila dan hasilnya pun tak mengecewakan karena benih yang dihasilkan mampu bersaing dengan benih bersertifikat hasil branding pemerintah. Nila merupakan komoditi agribisnis yang sangat mudah dikembangkan oleh petani pemula karena begitu benih ditebar belum satu tahun ikan sudah mampu berkembang biak.
Mengenai prospek usaha, hal senada juga dikatakan Komar Sumantadinata, Pakar ikan Nila dari Departemen Budidaya Perairan IPB Bogor, ia menatakan prospek budidaya ikan nila sangat besar mengingat ikan ini mudah dibudidayakan baik dalam kolam semen, kolam tanah atau keramba. Selain itu produksi benih saat ini baru terpenuhi 70% untuk permintaan lokal. Sebagai gambaran setiap hari dibutuhkan sebanyak 5 ton benih ikan nila dari Sukabumi untuk dikirim ke Cirata, Jatiluhur, Subang dan Tasikmalaya Jawa Barat.
Hal serupa juga terjadi pada usaha pembesaran, yang mana para peternak baru memenuhi 75% kebutuhan pasar lokal. Untuk menanggulangi persoalan tersebut, Pemerintah dalam hal ini Dinas Perikanan Daerah rajin mensosialisasikan nila sebagai komoditi perikanan yang unggul untuk dikembangkan melalui berbagai Balai Benih dan Budidaya Ikan Air Tawar.
Syarat Hidup. Menurut para pembenih nila di daerah Sleman dan Subang, baiknya nila dibudidayakan di dataran rendah dengan suhu berkisar di angka 27-30 derajat Celcius. Mengenai ketinggian tak jadi masalah, yang terpenting suhu tidak berada di 24 derajat Celcius. Suhu yang terlalu dingin dapat menyebabkan nila menjadi sulit berkembang dan larva yang dihasilkan menjadi lebih sedikit.
Idealnya nila dibudidayakan di kolam tanah dengan kedalaman air 70-80cm. Keuntungan jika melakukan pembenihan ialah tidak mesti memerlukan lahan yang luas, pembenihan bisa dilakukan di lahan sempit. Karena lahan yang terbatas otomatis modal yang dikeluarkan pun minim sehingga pembenihan merupakan salah satu peluang usaha yang patut diperhitungkan.
Nila mampu bertahan hidup di suhu air hangat maupun dingin dengan tingkat pH air normal 7-8. Perubahan suhu yang drastis merupakan salah satu penyebab ikan bisa stres dan dapat mengganggu pertumbuhannya. Dalam satu kolam pembibitan, idealnya kepadatan kolam 80-100 ekor benih per meter persegi dan untuk pembesaran harus dilakukan penjarangan dengan kepadatan 8-10 ekor per meter persegi.
Benih yang bagus ialah benih nila yang berasal dari indukan yang memiliki bobot minimal 5 ons, dengan begitu benih pada saat dewasa akan memiliki ukuran sama seperti induknya dan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat. Khusus untuk pembesaran perbandingan yang optimal untuk perkawinan yakni 1 jantan mengkawinkan 3 ekor betina, pada usia 5 bulan sebetulnya nila jantan dan betina sudah bisa dijadikan indukan ukuran 300-500gram. masa produktivitas indukan nila hanya berlangsung sampai umur 2 tahun, selebihnya induk mesti diganti dengan yang lebih muda.
Sekali bertelur tiap ekor indukan betina bisa menghasilkan 1.300-2.000 ekor benih. Keunikan dari ikan nila, yakni indukan jantan dan betina mengelurkan sperma dan telur ke luar tubuh kemudian ditampung ke dalam mulut indukan betina sehingga terjadi pembuahan di dalam mulut. Dua atau tiga hari kemudian telur akan menetas dan baru setelah 10-15 hari dikeluarkan dalam bentuk larva.
Pakan yang diberikan bisa berupa pakan komersil seperti pelet yang memiliki kandungan protein diatas 30%. Takaran pemberiannya ialah 5% dari bobot keseluruhan 1 ikan yang ada dalam 1 kolam. Selain pelet pakan juga bisa berupa plankton yang tumbuh dari pupuk yang ditebar saat persiapan kolam. Nila merupakan jenis ikan omnivora sehingga pakannya tak terlalu sulit di dapat, pembenih bisa dengan mudah menjumpai pakan nila di toko-toko pakan ikan terdekat.
Pasar Luas. Benih ikan nila bisa dipasarkan ke para pembesar di daerah waduk-waduk keramba jaring apung, seperti Waduk Kedungombo Sragen, Gajah Mungkur Wonogiri dan Waduk Wabaslintang di Kebumen Jawa Tengah. Sebetulnya pangsa pasar benih nila jika hasil produksinya mencukupi bisa di lempar hingga ke waduk-waduk atau danau di luar Pulau Jawa.
Menurut Suparmonodi daerah Sleman saja produksi benih dalam 1 tahun bisa mencapai 1 miliar di mana 25% di antaranya berupa benih nila yang sebagian besar selalu dijual ke luar Yogyakarta. Sedangkan untuk usaha pembesaran nila tak perlu khawatir, karena tidak ada istilah nila tak laku di pasaran. Suparmono melihat tumbuh suburnya restoran dan rumah makan padang merupakan implikasi dari tingginya konsumsi nila.
Bahkan ada beberapa rumah makan padang yang mengganti menu kepala kakap menjadi nila. Ia menambahkan Yogyakarta saja masih sangat kekurangan pasokan nila konsumsi padahal petani nila berada tak terpaut jarak yang jauh dari kota Jogja.
Permintaan pasar ekspor yang tinggi juga merupakan salah satu sebab ikan nila untuk dalam negeri kerap mengalami kekurangan stok. Hal tersebut membuat ceruk pasar ikan nila sangat terbuka lebar, persaingan usaha pun kini dianggap sebagai sesuatu yang tidak ada karena sesama pembenih maupun pembesar nila saling membantu untuk menutup permintaan yang per hari bisa mencapai 10 ton.
Harga 1kg benih nila di pasaran berada di kisaran Rp 19-21 ribu begitu juga dengan harga nila konsumsi. Sedangkan nila ukuran 3-5cm usia 3 minggu di lempar ke pasaran dengan harga Rp 40 per ekor.
Pengemasan juga merupakan bagian terpenting karena merupakan ujung tombak pemasaran. Untuk benih yang akan diangkut, terlebih dahulu dilakukan pemberokan yaitu membuang kotoran yang di tubuh ikan dengan cara ikan dipuasakan.
Sebab jika tidak diberokkan maka amoniak dari kotoran bisa mematikan ikan selama pengangkutan. Setelah ikan bersih barulah dikemas dalam kantong plastik berisi oksigen dengan perbandingan air dan oksigen 60:40. Sedangkan dalam pengangkutan ikan konsumsi, cukup dimasukkan dalam terpal yang berisi air bersih pada mobil bak.
Untung Besar. Budidaya nila hampir tak memiliki kendala berarti kecuali ketersediaan pasokan air untuk kolam, ikan nila merah bisa memiliki kekebalan tubuh yang cukup tinggi itu terbukti sampai dengan saat ini tidak ada penyakit yang menyerang nila kecuali hama, hama biasanya bisa berupa burung bangau dan ikan predator yang dapat memangsa anakan nila. Namun hal itu bisa diatasi dengan manajemen pemeliharaan yang baik. Maka tak heran para pembudidaya pembenih maupun pelaku pembesaran dalam 1 bulan mampu meraup untung hingga jutaan rupiah dengan keuntungan bersih 40%.
Seperti yang di lakukan Srihartono yang dalam 1 bulan bisa meraup hingga ratusan juta dimana keuntungannya harus dibagi rata oleh para anggota petaninya dan Dadang Kusdinar yang dalam 1 bulan mampu mencetak untung bersih hingga 60%. Permintaan pasar terhadap ikan nila yang tinggi merupakan salah satu peluang usaha potensial yang wajib di garap karena mampu mendatangkan keuntungan besar