Sepeda gunung (MTB) bukanlah hal baru bagi para pencinta sepeda, karena keberadaan sepeda yang satu ini sudah ada sejak lama. Namun dengan masuknya beberapa jenis sepeda lain seperti fixie membuat nama sepeda gunung yang dulu sangat tren seakan meredup. Namun bagi seorang pecinta sepeda seperti Agung Riswanto keberadaan sepeda gunung tidak bisa tergantikan karena sepeda yang satu ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan sepeda jenis lain, antara lain sangat kuat dan cocok digunakan di berbagai medan berat.
Kecintaan Agung yang sangat besar pada sepeda gunung membuatnya sering mencoba modifikasi sepeda MTB untuk digunakannya sendiri. Kemampuannya modifikasi sepeda MTB semakin hari semakin mahir, dan sejak bergabung dengan sebuah komunitas sepeda gunung, ia melihat ada peluang usaha yang sangat besar di modifikasi sepeda MTB. Apalagi dengan tren gaya hidup go green saat ini, di mana banyak orang beralih mengendarai sepeda dalam kegiatannya sehari-hari, dan untuk mengurangi polusi udara. “Ditambah saat ini komunitas sepeda mulai banyak bermunculan dan itu adalah peluang pasar yang sangat besar,” ungkapnya.
Menurut Agung, modal awal yang ia keluarkan untuk usaha rakit sepeda ini sebesar Rp 3 juta. Modal tersebut digunakan untuk membeli berbagai sparepart untuk merakit sepeda gunung (MTB). “Pertama kali saya membuat satu sepeda MTB model hard tail untuk saya tawarkan ke beberpa kenalan dan hasilnya banyak yang berminat terhadap hasil rakitan saya tersebut,” ungkap pria lulusan ITS, Surabaya ini.
Model sepeda gunung hard tail rakitan Agung banyak diminati konsumen terutama dari kalangan anak muda. Dan dengan banyakya permintaan, dalam satu bulan Agung bisa merakit sekitar 25 sepeda gunung (MTB) dengan omset mencapai Rp 85 juta.
Hard Tail. Model sepeda gunung (MTB) hard tail adalah sepeda gunung yang tidak memiliki suspensi pada bagian belakang, hanya di bagian depan saja. Akan tetapi ada juga yang tidak munggunakan suspensi sama sekali tetapi menggunakan sebuah poros kaku yang biasa disebut garfu rigid. Ditambahkan Agung, sepeda gunung jenis ini dikategorikan ke dalam kelas XC (Cross Country) dan cenderung tidak digunakan dalam medan yang terlalu ekstrem dan cocok untuk medan perkotaan.
Dari segi harga, sepeda rakitan Agung dipatok cukup terjangkau, yaitu sebesar Rp 3,4 juta. Dalam rakitan tersebut, Agung menggunakan sparepart sepeda yang berkualitas bagus, merek United dan Giant untuk frame, Maxis untuk ban, serta merek Shimano dan Sram untuk group set (bagian gear sepeda).
Menurut Agung, mengerjakan desain model hard tail biasanya memakan waktu sekitar dua jam. Namun jika desain sepeda datang dari konsumen, bisa membutuhkan waktu yang cukup lama tergantung tingkat kesulitan yang akan dirakit. Demi memberikan pelayanan yang terbaik kepada para konsumennya, Agung memberikan garansi selama satu minggu untuk hasil jasa rakitannya.
Perlengkapan. Sepeda MBT terdiri atas beberapa bagian seperti frame-set (bagian badan sepeda), group set (bagian gear), dan wheel set (bagia ban). Bagian-bagian sepeda tersebut, masih dibagi lagi ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan bagian-bagian itulah yang bisa dipilih berdasarkan keperluan dari konsumen. Beberapa bagian (sparepart) yang dibutuhkan dalam merakit sepeda yang masuk dalam frame set seperti headset, seat post, dan clam. Group set terdiri atas shifter, handle brake, crank, sprocket, chain, front derailleur, rear derailleur, bottom bracket, brakes yang terdiri atas 3 bagian (D-brakes, caliper, rotor).
Sedangkan wheel set terdiri atas tire, tube, hubs, rims, tape rims, spokes. Selain itu Agung juga menggunakan aksesoris untuk merakit sepeda seperti sadel, grip, chain stay, cage bottle, dan pedal. “Dalam satu bulan saya biasa mengeluarkan anggaran sebesar Rp 60 juta untuk membeli berbagai sparepart tersebut di Toko Bintang Timur, yang beralamat di Jembatan Lima, dan Atex ABS, yang terletak di Fly Over Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Peralatan yang dibutuhkan untuk merakit sepeda MTB ini sangat khusus yaitu tool bottom bracket merek Shimano seharga Rp 60 ribu dan juga Park Tool (bottom bracket) BB T-9 made in USA seharga Rp 180 ribu. Peralatan tersebut dapat di Build A Bike, Jl. Anggrek Neli Murni No. 114 (dari arah Slipi masuk sebelum jalan tol Merak) Jakarta Barat. Dalam menjalankan usaha rakit sepeda ini Agung dibantu dua orang karyawan dengan bayaran sebesar Rp 100 ribu untuk setiap sepeda.
Perakitan
Dalam merakit sepeda MTB ini sebenarnya tidak terlalu sulit namun paling tidak dibutuhkan pengetahuan seputar bagian-bagian dari sepeda. Untuk memulai merakit sepeda MTB, yang perlu dilakukan setelah mempersiapkan sparepart yang ingin dipasang ialah mempersiapka peralatan kerja seperti kunci 10, 12 dan kunci lainnya.
Setelah semua peralatan siap, maka langkah berikutnya ialah mulai merkit sepeda. Dimulai dengan bagian roda yaitu memasang jari-jari ban. Setelah jari-jari sepeda terpasang, langkah berikutya ialah memasang rangkaian frame sehingga terbentuk bagian tubuh sepeda yang bisa dimulai dari bagian kepala sepeda hingga bagian jok. Bila bagian frame telah terpasang, maka bisa dilanjutkan dengan pemasangan gear set pada frame dan setelah itu pada tahap terakhir ialah pemasangan ban sepeda. Bila semua telah siap, sepeda pun siap untuk digunakan.
Strategi Pemasaran
Besarnya biaya untuk merakit sebuah sepeda MTB pada dasarnya tergantung budget yang tersedia, karena harga komponen sepeda MTB sangat bervariasi, dari yang puluhan ribu hingga jutaan. Dari ongkos perakitan sepeda tersebut, Agung megambil keuntungan sekitar Rp 500-700 ribu per unit sepeda. Meski hanya mengambil margin 20% per sepeda, harga tersebut ia tawarkan dengan sistem satu unit. Dengan cara tersebut, Agung berhasil menarik konsumen.
Dari awal menjalankan usaha ini Agung menggunakan berbagai cara pemasaran. Selain dengan cara konvensional yaitu menawarkan ke kerabat maupun teman, Agung juga memasarkan usahanya dengan memanfaatkan media forum jual beli di internet.
Prospek dan Kendala
Menurut Agung, prospek usaha sepeda MTB ini sangat menjajikan karena selain jumlah pengguna sepeda yang semakin banyak yang ditandai dengan makin maraknya komunitas sepeda, dengan berbagai kelebihan yang dimiliki sepeda gunung (MTB) sehingga jenis sepeda ini masih terus eksis hingga sekarang. “Apalagi dengan car free day yang kerap dijalankan di berbagai kota besar membuat prospek usaha sepeda ini akan semakin cerah,” jelasnya.
Sedangkan kendala usahanya, menurut Agung hampir tidak ada masalah berarti selama menjalankan usaha jasa rakit sepeda ini. Karena dengan pengalaman yang dimilikinya ia bisa mengaplikasikan semua permintaan konsumen sesuai selera yang diinginkan