Kopi telah dikenal manusia dalam kurun waktu yang cukup panjang. Pertama kali masyarakat Ethiopia telah menanam biji-bijian asli di dataran tinggi pada abad ke-9. Biji kopi mulai dikenal luas ketika bangsa Arab memperluas perdagangannya hingga ke Afrika. Dari situlah biji kopi mulai meluas ke Asia dan Eropa, dan mulai dikenal sebagai salah satu minuman paling populer hingga saat ini.
Pada umumnya kopi dikenal sebagai minuman yang memiliki kadar kafein yang tinggi. Namun, baru-baru ini beberapa kalangan komunitas pecinta kopi mencoba untuk menyajikan kopi dengan cara yang lebih sehat dan berbeda dari yang sudah ada, yakni kopi organik. Kenapa disebut kopi organik? Hal ini karena dalam proses penanaman, pemeliharaan, penyimpanan, pendistribusian, dan pengolahannya tidak tercampur dengan bahan kimia buatan tidak disengaja maupun disengaja.
Kopi Organik. Dalam segi warna kopi tampak seperti kopi pada umumnya, namun pada cara penanaman biji kopi dan penyajiannya berbeda. Penanaman biji kopi tidak menggunakan pupuk organik dan tanahnya tidak mengandung bahan kimia. Sedangkan bahan-bahan yang diperlukan untuk minuman kopi organik juga menggunakan bahan organik seperti susu hasil peras langsung dari sapi, gula organik, dan topping kacangnya menggunakan kacang mede organik. Sehingga meskipun mengusung kata organik dan sehat, citarasanya tidak kalah dengan produk kopi impor, bahkan kopi asli Indonesia banyak dilirik oleh negara Barat.
Biasanya kopi organik hanya dapat tumbuh dengan baik di atas lahan yang tingkat kesuburannya tinggi, curah hujan cukup serta daya dukung lingkungannya tinggi. Pengolahan tanah dalam budidaya kopi organik memiliki arti yang penting. Seperti penyediaan bahan organik yang cukup di dalam tanah dan memanfaatkan mikrobia seperti jamur mikoriza. Mengingat daerah penanaman kopi umumnya di daerah dataran tinggi dengan topografi berbukit hingga bergunung, maka pengendalian erosi dengan terasering mutlak dilakukan.
Pengendalian hama pengganggu tanaman kopi juga dilakukan menggunakan sistem terpadu dengan mengutamakan pengendalian secara hayati. Sementara penanganan setelah panen juga memerlukan kecermatan agar sesuai dengan ketentuan standar mutu biji kopi. Biji kopi yang telah diolah dalam bentuk minuman bisa dijual dengan harga bervariasi mulai dari Rp 10 – 20 ribu per kg.
Nah, kopi ini bisa dikembangkan menjadi usaha minuman siap saji mulai dari Hot Coffee Espresso Rp 15 ribu, Hot Coffee Cappuccino Rp 19 ribu, Hot Coffee Latte Rp 19 ribu, Hot Coffee Mocca Rp 21 ribu, Hot Black Coffee Rp 15 ribu, Hot Occe of the Day Rp 15 ribu; juga Regular Ice Coffee Rp 16 ribu, Ice Coffee Cappucino Rp 20 ribu, Ice Coffee Latte Rp 20 ribu, dan masih banyak lagi.
Untuk mengawali usaha kedai kopi, modal yang dibutuhkan memang cukup beragam tergantung skala usaha yang diinginkan. Jika ingin membuka kedai kopi, modal yang dibutuhkan sekitar Rp 130 juta yang biasanya digunakan untuk menyewa tempat, membeli perlengkapan, dan bahan baku. Bagi Anda yang tidak memiliki modal besar, usaha ini dapat dijalankan di rumah dengan memanfaatkan ruang kosong yang didesain menjadi sebuah kedai atau bisa juga dengan konsep booth dengan membukanya di tempat yang strategis seperti mal, pusat perbelanjaan, atau berpartner dengan rumah makan. Biasanya dengan dua konsep tersebut usaha ini hanya menghabiskan modal sekitar Rp 15-30 juta.
Proses Penyajian dan Bahan Baku. Bahan baku yang diperlukan dalam memproduksi kopi organik yang paling utama adalah biji kopi Robusta seharga Rp 150 ribu/kg, gula aren organik Rp 13 ribu, susu organik Rp 13 ribu/liter ukuran 1 liter, kacang mede organik Rp 50 ribu/kg, cokelat organik Rp 230 ribu/kg. Biasanya bahan baku kopi berkualitas bisa didapatkan di daerah luar kota seperti Aceh, Medan, Flores, dan Jember. Sementara peralatan yang dibutuhkan adalah mesin giling kopi dan mesin grinder seharga Rp 9 juta, serta mesin espresso Rp 30 juta.
Langkah menyajikan kopi organik dimulai dari biji kopi yang telah disangrai digiling sesuai tingkat kehalusan yang dibutuhkan (berbeda tiap metode seduh, jika menggunakan mesin espresso, lebih kasar dari seduh tubruk). Bubuk kopi hasil giling akan disaring dalam porta filter untuk dimasukkan ke dalam mesin espresso. Barista akan memadatkan bubuk kopi dalam porta filter menggunakan tamper, bubuk kopi mengalami ekstraksi (diseduh) menggunakan mesin espresso dengan suhu dan tekanan tertentu agar sari kopinya optimal.
Lalu (untuk menu kopi yang menggunakan susu), susu dipanaskan (di-steam) sesuai kebutuhan. Umumnya pada menu Cappuccino, dibutuhkan busa susu (foam) yang lembut, disajikan bersama gula (sesuai keinginan konsumen), biasanya juga ditemani kudapan berbahan organik (brownies tepung singkong).
Promosi dan Pemasaran. Karena minuman kopi sudah ada sejak lama dan memiliki cukup banyak penggemar, maka bisa dikatakan untuk memasarkan kopi organik ini tidak sulit. Promosi bisa dilakukan dengan mengikuti pameran atau menawarkan secara langsung kepada orang-orang di sekitar. Untuk lebih mendukung proses pemasaran, maka pelaku usaha diharapkan mencantumkan manfaat dan kandungan dari produk ini.
Yang menarik dari usaha kopi organik bukan hanya bisnis saja tetapi memberikan edukasi kepada pembeli mengenai produk kopi ini dan juga menampilkan sejarah singkat tentang usaha para petani. Selain itu, pemasaran juga bisa dilakukan melalui media internet. Tujuannya untuk memperluas jaringan pemasaran agar bisa menjangkau hingga ke luar kota. Potensi pasar usaha kopi organik sangat bagus karena punya banyak manfaat untuk kesehatan, selai itu meski sudah cukup lama ada, belum banyak yang menjualnya siap minum.
Kendala. Kendala yang sering dihadapi biasanya pada kesulitan pada penanganan pasca-panen yang memerlukan kecermatan cukup tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut pelaku usaha diharapkan berhati-hati dalam proses penghalusan, penyimpanan, penghancuran biji kopi, dan pengemasan. Sebaiknya sebisa mungkin meminimalisir peluang biji kopi terkena atau tercampur bahan bahan kimia.
Kendala lain ialah karena masih banyak yang belum tahu tentang kopi organik, maka pelaku usaha harus gencar dalam hal promosi dan kerap melakukan pendekatan kepada konsumen dengan menerangkan manfaat dan khasiat yang terkandung di dalamnya.
Oleh: Andhika Vega,
Pemilik Kedai Kopi Ijo
Ruko Brajamustika No. 18 Jl. Dr. Semeru, Bogor Jawa Barat