Seluruh pemangku kepentingan pariwisata dan ekonomi kreatif tanah air harus dapat berkolaborasi dan saling mendukung dalam upaya meningkatkan kembali kepercayaan wisatawan terhadap pariwisata di tanah air pascapandemi COVID-19. Sebab, mengembalikan kepercayaan wisatawan dianggap sebagai kunci sukses dalam upaya pemulihan sektor pariwisata di tanah air.
“Indonesia mengalami lack of trust of destination dari wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik, sehingga kita harus berupaya bersama meningkatkan kepercayaan terhadap wisatawan,” kata Nia Niscaya, Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf/Baparekraf, Sabtu (27/6/2020).
Nia Niscaya saat berbicara dalam bincang bisnis daring ASITA bertajuk “Sinergi ASITA dan Pemerintah Menyikapi Kebijakan New Normal Pariwisata Indonesia” mengatakan, penurunan kepercayaan wisatawan terhadap destinasi akibat COVID-19 sebenarnya terjadi di seluruh negara di dunia.
Di Indonesia, seiring dengan penanganan COVID-19 oleh pemerintah, sentimen dari sejumlah negara terhadap pasar Indonesia sudah mengalami pertumbuhan positif dari yang sebelumnya berada di zona merah atau di bawah 0 persen.
“Meski pada periode 9 hingga 16 Juni 2020 berdasarkan Sprinklr Analytic (social listening tools) sentimen sejumlah negara mulai terjadi peningkatan, tapi ini jangan lantas membuat kita cukup puas. Secara umum persepsi mereka masih sekitar 50 persen,” kata Nia Niscaya.
Dalam diskusi tersebut turut menghadirkan Asisten Deputi Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Kosmas Harefa, Duta Besar LBPP RI untuk Singapura Ngurah Swajaya, serta Duta Besar LBPP Indonesia untuk Laos Pratito Soeharyo.
Untuk dapat meningkatkan kembali kepercayaan wisatawan dan pariwisata nasional pada umumnya, Kemenparekraf/Baparekraf kata Nia telah menyusun protokol Cleanliness, Health and Safety (CHS) antara lain dalam bentuk video edukasi dan handbook yang ditujukan kepada para pelaku usaha parekraf. Kemudian melakukan simulasi dan uji coba penerapan protokol sekaligus mendokumentasikan sebagai bahan untuk soft campaign dan tutorial. Juga sosialiasi/pelatihan serta publikasi kepada para pelaku dan masyarakat domestik serta internasional melalui berbagai channel.
“Inilah pokok persoalan kalau bicara wisatawan. Kesuksesan Indonesia dalam penanganan COVID-19 ini bisa menjadi salah satu penilaian dalam pembentukan nation branding. Karena itu perlu sinergi dari ASITA juga perwakilan di negara-negara pasar untuk bagaimana meningkatkan kepercayaan wisatawan,” kata Nia.
Berkaca dari negara-negara lain yang telah mampu pulih dari COVID-19, pasar dalam negeri akan berjalan lebih dahulu. Strategi ini juga akan dijalankan Kemenparekraf/Baparekraf dengan kampanye #DiIndonesiaAja dengan segmentasi pasar keluarga, pasangan, wisatawan perorangan (FIT), dan pemerintah.
Begitu juga untuk pasar wisatawan mancanegara, dengan menyiapkan strategi kampanye #DreamNowTravelTomorrow sebagai branding protokol CHS. Yakni menyampaikan pesan kepada wisman terkait protokol kesehatan dan inspiring content dan tetap menjaga komunikasi dengan partner di originasi dan destinasi untuk tetap hadir dan memberikan inspirasi di pasar.
“Intinya kita harus bisa hadir di pasar dengan menampilkan konten-konten yang memberi inspirasi pada wisatawan,” kata Nia Niscaya.
Duta Besar LBPP RI untuk Singapura Ngurah Swajaya sepakat dan siap mendukung strategi yang disiapkan Kemenparekraf/Baparekraf karena pariwisata erat kaitannya dengan kepercayaan. Ngurah mengatakan pihaknya akan mendukung dengan turut membuat konten-konten terkait penanganan COVID-19 di Indonesia dan disiarkan melalui seluruh media yang dimiliki.
“Pasar domestik di Indonesia berpotensi luar biasa namun hal itu tentu tidak cukup dan perlu ditopang dengan wisatawan mancanegara. Sehingga citra akan pariwisata di Indonesia terus berada di benak wisatawan,” kata Ngurah.
Sementara Duta Besar LBPP Indonesia untuk Laos, Pratito Soeharyo mengatakan pihaknya juga akan mendorong para diaspora Indonesia, terutama yang berada di Laos untuk mempromosikan kebijakan pariwisata Indonesia.
Pratito mengatakan pihaknya juga telah memiliki berbagai program untuk mempromosikan pariwisata Indonesia di Laos. Salah satunya mendorong pembukaan penerbangan langsung dari Luang Prabang ke Bali.“Kita juga telah memiliki rencana program untuk famtrip Key Opinion Leaders dan jurnalis dari Laos,” kata Pratito.
Asisten Deputi Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kosmas Harefa mengatakan pihaknya memiliki 13 program dalam mendukung sektor pariwisata di masa normal baru atau pascapandemi COVID-19.
Diantaranya melakukan sinkronisasi anggaran belanja terkait pariwisata yang tersebar di berbagai kementerian/lembaga juga mendorong anggaran belanja perjalanan dinas dalam negeri (termasuk kegiatan MICE) seluruh K/L agar dialokasikan ke daerah yang bergantung pada sektor pariwisata. “Jumlah ini tidak sedikit, ini bisa jadi kekuatan perekonomian di destinasi kita,” kata Kosmas.