eFishery Guncang Ekosistem Startup Indonesia, Kepercayaan Investor Terancam

0
43
eFishery Guncang Ekosistem Startup Indonesia, Kepercayaan Investor Terancam
eFishery Guncang Ekosistem Startup Indonesia, Kepercayaan Investor Terancam (Foto Ilustrasi, Logo eFishery)
Pojok Bisnis

Industri startup di Indonesia diguncang dengan dugaan manipulasi laporan keuangan yang melibatkan salah satu unicorn terkemuka, eFishery. Perusahaan teknologi perikanan ini dituduh telah merekayasa data keuangannya, menyebabkan kerugian besar bagi para investor dan mengundang perhatian luas di kalangan pelaku industri.

Didirikan pada tahun 2013 oleh Gibran Huzaifah, Muhammad Ihsan Akhirulsyah, dan Chrisna Aditya, eFishery dikenal sebagai pelopor dalam solusi teknologi perikanan. Perusahaan ini menawarkan berbagai produk inovatif seperti Smart Feeder, alat pemberi pakan otomatis, serta sejumlah platform digital seperti eFisheryKu untuk edukasi dan manajemen budidaya, eFisheryFund untuk pembiayaan petani, dan eFisheryFresh yang menghubungkan petani dengan pasar.

Sejak awal berdirinya, eFishery terus berkembang dengan berbagai inisiatif, mulai dari peluncuran program Kabayan untuk membantu petani ikan pada 2019 hingga pengenalan platform eFarm dan alat terbaru mereka, eFeeder 5, pada 2022. Pada 2023, perusahaan ini mencapai status unicorn dengan valuasi lebih dari USD 1 miliar (Rp16,2 triliun).

Awal Mula Investigasi

Namun, di tengah kesuksesan tersebut, laporan dari whistleblower yang diterima oleh dewan direksi pada Desember 2024 membuka pintu bagi penyelidikan mendalam. Dewan direksi segera menunjuk FTI Consulting untuk memeriksa dugaan ketidakwajaran dalam laporan keuangan perusahaan. Proses investigasi melibatkan lebih dari 20 wawancara dengan staf serta pemeriksaan data dari berbagai platform komunikasi internal seperti WhatsApp dan Slack.

PT Mitra Mortar indonesia

Hasil investigasi awal mengungkapkan berbagai ketidakkonsistenan serius dalam laporan keuangan eFishery. Perusahaan ini diduga telah menggelembungkan pendapatan hingga hampir USD 600 juta (Rp9,74 triliun) dalam periode sembilan bulan terakhir hingga September 2024.

Laporan keuangan yang disampaikan kepada investor menunjukkan laba sebesar USD 16 juta (Rp259,9 miliar), namun analisis internal justru menemukan kerugian hingga USD 35,4 juta (Rp575 miliar). Pendapatan yang diklaim mencapai USD 752 juta (Rp12,2 triliun) ternyata hanya sebesar USD 157 juta (Rp2,55 triliun) menurut data sebenarnya.

Selain itu, jumlah tempat pakan ikan yang dilaporkan aktif mencapai 400.000 unit, tetapi penyelidikan menunjukkan hanya sekitar 24.000 unit yang benar-benar beroperasi. Hingga November 2024, total kerugian kumulatif eFishery sejak berdiri mencapai USD 152 juta (Rp2,5 triliun).

Dampak Kasus Yang Menimpa eFishery

Insiden ini menyebabkan kepercayaan investor anjlok. Padahal, eFishery sebelumnya mendapatkan dukungan dari investor besar seperti SoftBank Group asal Jepang dan Temasek dari Singapura. Sebagai langkah awal, dewan direksi memutuskan untuk memberhentikan Gibran Huzaifah dari posisi CEO perusahaan.

Keuangan perusahaan juga menjadi sorotan, dengan total aset dilaporkan sebesar USD 220 juta (Rp3,6 triliun), namun sekitar USD 63 juta (Rp1,02 triliun) di antaranya berupa piutang yang diragukan keabsahannya.

Kasus ini tidak hanya mengguncang eFishery, tetapi juga memberikan pelajaran pahit bagi ekosistem startup Indonesia. Manipulasi data seperti ini menciptakan tantangan besar bagi kepercayaan investor, terutama dalam menghadapi perusahaan rintisan yang mencoba meraih pendanaan besar.

Dengan reputasi eFishery sebagai pionir teknologi perikanan, banyak pihak kini mempertanyakan transparansi dan akuntabilitas di sektor startup teknologi. Di tengah skandal ini, masa depan eFishery dan kredibilitas ekosistem startup Indonesia berada di bawah sorotan tajam.

DISSINDO
Top Mortar Semen Instan