Hotel budget yang masuk dalam kelompok hotel kelas bintang dua ini semakin diminati. Hotel yang menyediakan kamar dengan tempat tidur dan kamar mandi serta sarapan sederhana bagi tamunya itudinilai sangat reasonable.
Konsumen hotel yang juga dikenal dengan istilah bed & breakfastini adalah mereka yang kerap melakukan perjalanan bisnis dan wisata dengan bujet terbatas.
Tingkat okupensi hotel budget sekitar 70-80% tentu sangat menggembirakan ditengah banyaknya pelaku bisnis hotel secara umum mengeluhkan menurunnya tingkat hunian kamar.
Riset Colliers International Indonesia menunjukkan kinerja hotel budget jauh lebih baik dengan indikator tingkat keterisian yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hotel bintang tiga dan diatasnya.
Senior Associate Director Research, Ferry Salanto menuturkan kondisi tersebut didorong oleh meningkatnya kesadaran konsumen hotel untuk memperoleh harga yang lebih terjangkau dengan tingkat kenyamanan yang sesuai.
“Kini para konsumen juga lebih membutuhkan sekadar kamar untuk beristrahat karena kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan berada di luar hotel,” ujar Ferry.
Sementara itu, menurut survey Budget Hotel Apps yang dilakukan DailySocial diketahui pasar utama hotel budget adalah generasi muda dengan usia 20-35 tahun. Sekitar 58,61% generasi muda memilih hotel budget sedangkan hotel bintang hanya 14,43%.
Besarnya generasi muda memilih hotel budget tak lepas dari tren travelling di kalangan generasi milenial itu. Hal ini juga didukung dengan gencarnya promosi bisnis booking online yang menawarkan tiket pesawat dan hotel yang terjangkau. Tak heran jika tingkat okupensi hotel budgetlebih baik.
Selain perjalanan bisnis, pertumbuhan industri pariwisata Indonesia yang terus meningkat tiap tahunnya menjadi faktor utama tumbuhnya bisnis perhotelan.
Terlebih sejak beberapa tahun lalu. Hotel-hotel jaringan internasional maupun lokal membuka jaringan hotelnya di tiap tahunnya.Tidak hanya di kota besar atau pusat destinasi wisata terkenal. Namun, justru kini operator-operator hotel juga melirik kota-kota penyokong, seperti Mojokerto, Purwokerto, dan Bojonegoro, dan pulau-pulau luar Jawa lainnya.
Salah satu operator yang rajin menambah portofolio adalahPT Intiwhiz International, anak usaha PT Intiland Development Tbk yang bergerak di bidang usaha hospitality dan jasa pengelolaan bisnis perhotelan.Presiden Direktur & CEO Intiwhiz International Moedjianto S. Tjahjono mengatakan Intiland akan terus membangun.
Intiwhiz yang saat ini memiliki 22 hotel yang tersebar di beberapa daerahakan fokus menggarap bisnis hotel. Rencananya tahun ini akan kembali menambah portofolio hotel budget di Jakarta, Bandung, Karawang dan Manado.
“Kalau setahun saja kita bangun 5 hotel, sepuluh tahun kedepan kita punya 50 hotel baru,” jelasnya.
Pilihan PT Intiland Development masuk ke bisnis hotel 10 tahun lalu bisa dibilang sangat tepat dengan kondisi saat ini. Menurutnya banyak konsumen hotel yang cek in setelah makan malam dan cek out pagi hari.
“Mereka itu ke hotel memang untuk istirahat. Bahkan sebagian tidak sempat sarapan, karena harus ngejar pesawat,” ujarnya.