Kesuksesan yang dirasakan Hesti Merina saat ini bisa dibilang berawal dari ketidak-sengajaan. Pasalnya niat awal wanita yang akrab disapa Hesti ini dalam menjalankan usaha adalah untuk mengisi waktu luang di sela-sela mengurus keluarga.
Dari berbagai jenis usaha yang ada, Hesti memilih menjalankan usaha pembuatan camilan atau makanan ringan. “Usaha camilan saya pilih karena tidak memakan banyak waktu dan saya bisa mengerjakannya sambil mengurus keluarga saya,” ujar Hesti.
Untuk memasarkan camilan tersebut, Hesti mengandalkan sistem titip jual ke beberapa warung yang ada di sekitar kediamannya. Namun, impian Hesti untuk sukses di usaha ini kandas setelah selama tujuh hari ia menitipkan ke warung-warung ternyata di tempat tersebut sudah ada camilan sejenis sehingga ia kalah saing.
Pantang Menyerah
Gagal dalam usaha camilan tidak membuat Hesti jera. Ia kembali menjalankan usaha lain, kali ini menawarkan salah satu makanan khas kota Palembang yaitu pempek. Ide usaha lantaran Hesti melihat masih jarang pelaku usaha sementara peminat terhadap makanan berbahan dasar ikan tengiri ini cukup banyak.
Benar saja, pilihannya kali ini tidak salah lantaran usaha ini pun berjalan cukup sukses, dengan hasil penjualan yang lumayan banyak setiap hari. Namun bukannya fokus terhadap usaha ini Hesti justru mulai jenuh yang diakuinya karena lamanya perputaran keuntungan yang didapat, ditambah mulai banyak pedagang pempek keliling membuat pendapatan usahanya kian hari kian menurun.
Hesti hampir saja menyerah. Namun jauh sebelum keinginan untuk menyerah semakin besar, Hesti cepat-cepat membangun semangatnya kembali, dan kali ini ia mencoba untuk menjalankan usaha lain yaitu usaha kue dekorasi. Dipilihnya usaha ini karena Hesti memang memiliki hobi membuat kue tart sejak ia masih duduk di bangku SMP.
Terus Belajar
Agar tidak terjadi kegagalan yang sama seperti pada usaha sebelumnya, wanita berhijab ini lebih berhati–hati. Hesti tidak terburu-buru memasarkan atau menjual kue buatannya melainkan lebih mendalami tata cara mulai dari pembuatan kue dekorasi, promosikan, hingga cara menjual.
Dalam proses tersebut, Hesti belajar secara autodidak melalui dunia maya dan buku panduan membuat kue yang ada di beberapa toko buku. “Hal ini saya lakukan agar kue buatan saya memiliki kualitas terbaik dan disukai konsumen,” ujar Sarjana Komunikasi ini.
Berbekal ilmu yang didapat, dan bermodalkan peralatan membuat kue seperti oven dan mixer milik ibundanya, Hesti pun mulai mencoba membuat kue dekorasi kreasi sendiri, mulai dari satu kue ke kue dekorasi lainnya hingga berpuluh-puluh kue telah dibuatnya, tak ada satu pun yang memuaskan hatinya. Namun Hesti tidak menyerah dan terus belajar dari setiap kegagalan.
Tak kurang dari tiga bulan melakukan trail and error, akhirnya Hesti memberanikan diri untuk memposting hasil kreasinya ke situs jejaring sosial, bukan untuk dijual melainkan ingin menunjukkan kepada teman-temannya. Namun hal terbalik justru terjadi bukannya memberikan komentar akan hasil karyanya, teman-teman justru menanyakan apakah itu dijual.
Respons positif itu pun tak mau disia-siakan begitu saja oleh Hesti, ia pun memberanikan diri untuk menjualnya dan juga menawarkan diri membuka jasa pembuatan kue dekorasi bagi siapa saja yang ingin dibuatkan kue seperti itu. “Dari situ pesanan datang satu per satu, mulai dari teman hingga ke orang lain dan hingga ke luar daerah,” tuturnya.
Tiga Dimensi
Menurut wanita yang memiliki workshop di Jalan Kair, No. 42 A, Ragunan, Jakarta Selatan ini, yang dimaksud kue tiga dimensi adalah kue dekorasi yang jika dilihat dari segala sisi bentuknya menyerupai bentuk aslinya. Contoh, kue kamera SLR yang pernah dibuatnya. Pada kue kamera ini Hesti memperhatikan betul detil kamera dan menirunya dalam bentuk kue sehingga persis seperti aslinya. Tak cuma itu, bahkan sampai hasil gambar fotonya pun ia buat.
Selain kue kamera tiga dimensi, kue tiga dimensi lainnya yang pernah dibuat Hesti antara lain kue Ninja Turtles Cake, Motor Cycle Cake, Cars Birthday Cake, Camera Cake, Barbie in a Mermaid Tale cake Frozen Cake, My little Pony Birthday Cake, Alice in Wonderland cake, Rapunzel & The Castle cake, Oggy and The Cockroaches Cake, Timmy Time Cake, Teddy Bear Cake dan beberapa jenis kue tiga dimensi lainnya.
Dari berbagai jenis kue tiga dimensi yang telah dibuatnya kue dalam bentuk animasi atau kartun yang paling banyak diminati pasar. Adapun harganya, jika dulu Hesti menjual 3D cakes dengan harga Rp 350 ribu, saat ini naik menjadi Rp 550 ribu hingga Rp 4 juta tergantung bentuk dan tingkat kesulitan pembuatan kue.
Keunggulan kue tiga dimensi buatan Hesti antara lain dari segi rasa yang pas, karena biar bagaimanapun dalam usaha kue rasa menjadi poin penting, berikutnya sudah tentu bentuk kue. Hesti menjamin bentuk apapun yang dipesan oleh konsumen ia akan bisa membuatkan. Selain itu, pelayanan yang baik selalu diberikan Hesti kepada para pelanggannya.
Promosi dan Prospek
Pada awal usaha, Hesti mempromosikan kue dekorasi buatannya melalui situs jejaring sosial seperti Twitter culinarycorners dan Facebook Culinary Corners miliknya. Namun, lambat laun ia juga mengandalkan promosi lain seperti mengikuti bazaar dan event yang tentunya berkaitan dengan produk buatannya. Tak sampai di situ, untuk lebih memanjakan konsumen, Hesti juga menerapkan promosi jitu yaitu dengan cara membuka kursus bagi siapa saja yang ingin belajar membuat kue tiga dimensi ini.
Dari berbagai promosi tersebut, perkembangan usaha Hesti kian hari kian pesat, bahkan saat ini ia tidak hanya membuat kue tiga dimensi, melainkan juga melengkapi usahanya dengan kue ringan seperti cupcakes dan cookies dan juga butik baju. Dan, omset usaha kue Hesti setiap bulan tidak kurang dari Rp 80 juta, dari penjualan 30 sampai 40 kue, baik 3D cakes, cupcakes, maupun cookies.
Anda yang ingin mengikuti jejaknya, Hesti menyarankan agar tidak pantang menyerah. Coba terus apa yang Anda yakini bisa dan jangan pernah menganggap remeh pekerjaan tersebut. Menurutnya, semua bisa berhasil karena ada niat dan mau menjalankan. “Intinya niat, soalnya kalau nggak punya duit kalau dia niat pasti bisa, nggak punya skill kalau dia niat pasti bisa. Jadi intinya niat yang paling utama,” sarannya.