Hidup bagaikan roda, sekarang di atas bisa jadi esok berada di bawah. Hal inilah yang pernah dialami pengusaha perempuan tangguh, Ira Poespita. Sejak sang suami kena PHK, wanita kelahiran Jakarta 30 Oktober 1972 ini harus berjualan minuman Pop Ice dan Capucino di pinggir jalan sekitar Depok, Jawa Barat.
Namun berkat jualan di pinggir jalan inilah, Ira akhirnya menemukan ide jualan Siomay dan Dimsum dengan nama Siomay Dimsum Puspita sekitar 6 tahun lalu. Ira mengaku belajar membuat Siomay dari penjual siomay keliling.
Siomay dan Dimsum Puspita dijual dengan harga 15 rb isi 4. Ira mengatakan, Siomay dan Dimsum segmentasi pasarnya berbeda. “Dimsum lebih banyak ke anak muda. Kalau Siomay segmennya orangtua,” jelasnya.
Sadar akan pentingnya citarasa produk kuliner yang dijualnya, Ira selalu mengutamakan kualitas dengan menggunakan daging ayam muda yang masih segar. Bukan hanya itu, proses pencucian dilakukan berkali kali agar jangan sampai masih berdarah. Ia juga menggunakan minyak wijen dan bahan baku berkualitas lainnya. Ira mengatakan Dapur Siomay Dimsum Puspita ada di Jl. Insani No 12 Tanah Baru. Depok, Jawa Barat.
Bergabungnya Ira dan puluhan pengusaha dalam paguyuban pengusaha perempuan tanpa keluhan menjadikan Ira kian semangat dalam berusaha. Maklum perkumpulan ini menjadi ajang saling berbagi ilmu pengusaha perempuan baik yang sudah sukses hingga yang baru memulai usaha.
“Perkumpulan ini sangat positif termasuk Dimsum Puspita menjadi rekaman dari catering besar dan ternama Daun Ketumbar yang jadi langganan Kementrian hingga Istana,” ujar pemilik Puspita Food ini.
Selain itu Siomay Dimsum Puspita juga sudah masuk Resto hingga memiliki gerai di beberapa foodcourt mal/pusat perbelanjaan. Guna memasarkan produknya, Ira juga getol mengikuti pameran dan bazaar. Salah satunya Siomay Dimsum Puspita bisa ditemui di bazaar setiap hari Minggu di Pasar Pagi Juanda, Depok. “kita juga gencarkan marketing di medsos dan website: siomay dimsum puspita,” tambahnya.
Dipenghujung pertemuannya dengan Berempat.com pekan lalu, Ira menceritakan bagaimana liku usahanya yang dimulai dati nol. Dengan niat menggerakkan roda ekonomi keluarga, Ira tak malu menggelar lapak kecil di pinggir lapangan dekat sekolah di Depok.
Berbagai ujian, cobaan dan halang rintang telah dilaluinya mulai dari kecelakaan ketika jualan sampai wajah saya terbakar. Jatuh jungkir balik masuk gorong gorong dengan motor dan perlengkapan jualan. Bazar jauh di bogor ditempuh dengan motor.
Namun apa jerih payah yg dialaminya membuahkan hasil. “Alhamdulilah sempat punya beberapa counter di mall. Alhamdulilahnya berkat saya suplay ke Daun Ketumbar, Siomay dan Dimsum saya bisa masuk ke lingkungan pejabat. Dan sekarang saya sudah punya kendaraan pribadi. Ya…alhamdulilah untuk bazar dan angkat makanan ke catering sudah gak sewa mobil. Disini benar-benar yang diperlukan adalah mental yang kuat dan gigih,” tutupnya.