
Apple dikabarkan tengah bersiap menaikkan harga seri iPhone yang akan dirilis pada musim gugur tahun ini. Kenaikan harga tersebut disebut sebagai bagian dari strategi perusahaan untuk menyesuaikan dengan pembaruan desain dan fitur-fitur baru, bukan akibat dari beban tarif impor dari China ke Amerika Serikat.
Menurut laporan The Wall Street Journal yang mengutip sumber internal perusahaan, Apple berupaya keras agar langkah tersebut tidak dikaitkan langsung dengan kebijakan tarif pemerintah AS terhadap produk impor asal China. Meski demikian, Apple tetap berada dalam pusaran ketegangan dagang antara dua kekuatan ekonomi dunia tersebut.
Desain Lebih Tipis dan Inovasi Baru Jadi Alasan Utama
Kenaikan harga iPhone seri terbaru, yang disebut-sebut akan hadir dengan desain lebih ramping dalam lini iPhone 16, merupakan imbas langsung dari pembaruan desain tersebut. Model dasar iPhone yang sebelumnya diluncurkan dengan harga sekitar 799 dolar AS diprediksi bisa melonjak hingga 1.142 dolar AS, menurut analis dari Rosenblatt Securities. Kenaikan ini mencapai sekitar 43 persen, jika skenario terburuk tarif benar-benar berdampak.
Produksi iPhone Pro dan Pro Max masih sangat bergantung pada pabrik Apple di China, yang membuat perusahaan tetap terpapar risiko geopolitik. Meski CEO Apple, Tim Cook, beberapa kali menyampaikan rencana untuk memindahkan sebagian besar produksi iPhone tujuan pasar AS ke India, namun infrastruktur manufaktur di negara tersebut dinilai belum siap menangani produksi model-model premium secara penuh.
Tarik Ulur Strategi Produksi di Tengah Tekanan Tarif
Pada awal Mei lalu, Apple mengungkapkan bahwa tarif impor yang berlaku saat ini berpotensi menambah beban biaya perusahaan hingga 900 juta dolar AS selama kuartal April–Juni. Untuk mengurangi dampak tersebut, Apple mengumumkan akan mengalihkan sebagian besar pasokan iPhone untuk pasar AS dari India.
Meski begitu, peralihan ini baru bersifat parsial. Apple masih menghadapi tantangan besar dalam mengurangi ketergantungan terhadap China, terlebih di tengah meningkatnya tensi dagang dengan AS. Dalam beberapa bulan terakhir, ketegangan ini makin meruncing, mendorong banyak perusahaan teknologi besar untuk meninjau ulang strategi rantai pasokan global mereka.
Amazon pun sempat terseret dalam isu serupa. Pada bulan lalu, unit usaha Haul milik Amazon yang menjual barang murah mendapat sorotan Gedung Putih karena mempertimbangkan memasukkan tarif ke dalam harga jual, yang dianggap sebagai langkah politis oleh pemerintahan Trump.
Bagi Apple, keputusan menaikkan harga iPhone musim gugur nanti bukan tanpa risiko. Langkah ini bisa menjadi ujian besar bagi loyalitas konsumen, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global dan semakin ketatnya persaingan di pasar teknologi.