Investasi di Industri Kimia Capai Rp65,76 Triliun, Apa Dampaknya?

0
15
Investasi di Industri Kimia Capai Rp65,76 Triliun, Apa Dampaknya?
Investasi di Industri Kimia Capai Rp65,76 Triliun, Apa Dampaknya? (Foto Ilustrasi)
Pojok Bisnis

Industri kimia terus menjadi sektor strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini sejalan dengan kebijakan prioritas yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian, Taufiek Bawazier, mengungkapkan bahwa sektor industri kimia, farmasi, dan obat tradisional mencatat pertumbuhan sebesar 5,86 persen pada tahun 2024, melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,03 persen.

“Sebagai sektor strategis, industri kimia berperan sebagai penyedia bahan baku bagi berbagai sektor manufaktur, seperti industri plastik dan tekstil. Maka, pemenuhan kebutuhan bahan baku dalam negeri menjadi prioritas untuk meningkatkan nilai tambah serta memperluas lapangan kerja,” ujar Taufiek dalam diskusi dengan Forum Wartawan Industri (Forwin) di Jakarta, Jumat (14/3).

Kontribusi Ekspor dan Investasi di Sektor Kimia

Selain itu, ekspor industri kimia pada tahun 2024 mencapai USD17,39 miliar, memberikan kontribusi signifikan terhadap devisa negara. Taufiek menegaskan bahwa tantangan utama dalam mendorong sektor ini adalah membangun ekosistem petrokimia dan energi yang terintegrasi agar semakin kompetitif di pasar global.

PT Mitra Mortar indonesia

Sepanjang 2024, investasi di industri kimia mencapai Rp65,76 triliun. Pemerintah telah menyiapkan berbagai kebijakan untuk memfasilitasi investasi di sektor ini, termasuk pengembangan industri petrokimia di Teluk Bintuni, Tanjung Enim, dan Kutai Timur.

“Kami optimis bahwa industri kimia akan berkontribusi besar terhadap target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen dalam lima tahun ke depan. Pada tahun 2029, sektor ini diproyeksikan menyumbang nilai tambah hingga Rp46,09 triliun,” kata Taufiek.

Direktur Legal, Hubungan Eksternal, dan Ekonomi Sirkular PT Chandra Asri Pacific Tbk, Edi Rivai, menuturkan bahwa perusahaannya telah berkomitmen selama lebih dari 30 tahun dalam mendukung pengembangan industri petrokimia dan kimia di Indonesia.

“Chandra Asri Group merupakan perusahaan solusi energi, kimia, dan infrastruktur terkemuka di Asia Tenggara. Saat ini, kami mengoperasikan kompleks petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia dengan berbagai fasilitas produksi strategis,” jelasnya.

Pembangunan Kilang CA-EDC dan Dampaknya bagi Ekonomi Nasional

Chandra Asri melalui PT Chandra Asri Alkali (CAA) sedang membangun Pabrik Chlor Alkali dan Ethylene Dichloride (CA-EDC), yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan industri hilir nasional dan mengurangi ketergantungan impor soda kaustik.

“Investasi untuk pembangunan pabrik ini telah mencapai Rp1,26 triliun pada tahun 2024, dan total investasi ditargetkan sebesar Rp15 triliun. Proyek ini telah masuk dalam Proyek Strategis Nasional RPJMN 2025-2029 sesuai Perpres No.12/2025,” papar Edi.

Ketika mulai beroperasi penuh pada kuartal pertama 2027, pabrik ini diproyeksikan mampu menggantikan impor soda kaustik hingga 827 ribu ton per tahun, setara dengan nilai Rp4,9 triliun per tahun. Sementara itu, seluruh produksi Ethylene Dichloride (EDC) akan diekspor dengan potensi pemasukan devisa senilai Rp5 triliun per tahun.

Untuk memperlancar realisasi investasi ini, Chandra Asri berharap adanya dukungan dari pemerintah, termasuk kemudahan izin impor garam industri sebagai bahan baku, peningkatan infrastruktur logistik, serta perlindungan pasar dalam negeri dari banjirnya impor soda kaustik.

“Kami mengapresiasi berbagai insentif pemerintah seperti tax holiday dan tax allowance. Dukungan ini sangat penting dalam meningkatkan kepercayaan investor dan mempercepat realisasi investasi di dalam negeri,” tandas Edi.

Edi optimistis bahwa proyek CA-EDC akan memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional serta memperkuat ekosistem industri kimia dalam negeri, mendukung program Asta Cita, dan mewujudkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen.

Sementara itu, peneliti INDEF, Ahmad Heri Firdaus, menambahkan bahwa proyek CA-EDC akan memberikan dampak besar bagi industri baterai listrik nasional.

“Indonesia memiliki peran strategis dalam rantai pasok global kendaraan listrik (EV). Dengan kemandirian produksi soda kaustik, industri baterai EV akan semakin berkembang dan berkontribusi dalam ekspor produk EV ke pasar global,” pungkasnya.

DISSINDO
Top Mortar Semen Instan