Tren Ramah Lingkungan Dorong Industri Pulp dan Kertas Indonesia Melonjak

0
14
Tren Ramah Lingkungan Dorong Industri Pulp dan Kertas Indonesia Melonjak
Tren Ramah Lingkungan Dorong Industri Pulp dan Kertas Indonesia Melonjak (Dok Foto: Kemenperin)
Pojok Bisnis

Industri pulp dan kertas di Indonesia kini semakin menunjukkan taringnya sebagai sektor strategis yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Berdasarkan data tahun 2023, total ekspor dari sektor ini berhasil mencatat angka fantastis, yakni USD8,37 miliar, dengan kontribusi sebesar 4,03% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri pengolahan nonmigas. Tak hanya itu, sektor ini juga menjadi sumber mata pencaharian bagi lebih dari 275 ribu pekerja langsung dan 1,2 juta pekerja tidak langsung.

Menurut Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, industri pulp dan kertas Indonesia memiliki keunggulan utama berupa ketersediaan bahan baku kayu yang diperoleh dari Hutan Tanaman Industri, yang pertumbuhannya jauh lebih cepat dibandingkan bahan baku di kawasan lain.

“Dahulu, negara-negara seperti Amerika Utara dan Skandinavia mendominasi pasar pulp dan kertas dunia. Namun kini, tren global mulai beralih ke Asia, termasuk Indonesia. Ini adalah peluang emas bagi kita untuk menjadi pemain utama di sektor ini,” ujar Putu saat memberikan pernyataan di Jakarta, Sabtu (18/1).

Meskipun konsumsi kertas per kapita di Indonesia saat ini baru mencapai 32 kg per tahun, peluang pasar masih terbuka lebar. Selain itu, tren gaya hidup ramah lingkungan yang semakin populer turut mendorong peningkatan permintaan terhadap kemasan berbahan kertas, menggantikan plastik yang kurang ramah lingkungan. Hal ini dinilai sebagai peluang besar bagi Indonesia untuk mengembangkan pasar baru, baik di domestik maupun internasional.

PT Mitra Mortar indonesia

Kapasitas Produksi dan Posisi Dunia

Putu mengungkapkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, kapasitas produksi pulp dan kertas di Indonesia terus meningkat secara signifikan. “Dari 103 unit usaha pada tahun 2021, kini bertambah menjadi 113 unit usaha pada tahun 2024. Kapasitas produksi pulp juga melonjak dari 10 juta ton per tahun menjadi 12,3 juta ton per tahun. Sementara itu, kapasitas produksi kertas naik dari 18,2 juta ton menjadi 20,86 juta ton per tahun,” jelasnya.

Dengan capaian tersebut, Indonesia kini menduduki peringkat ke-7 dunia dalam produksi pulp dan peringkat ke-6 dalam industri kertas. Meski demikian, sejumlah tantangan masih membayangi perkembangan sektor ini, seperti keterbatasan pasokan kertas daur ulang (KDU) di dalam negeri dan ancaman dari kebijakan Uni Eropa yang membatasi impor KDU melalui regulasi European Union Waste Shipment Regulation (EUWSR).

Tantangan dan Strategi ke Depan

Di samping keterbatasan bahan baku, tantangan lainnya datang dari aturan internasional seperti kemitraan ekonomi RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership) dan kebijakan CBAM (Carbon Border Adjustment Mechanism), yang berpotensi menghambat ekspor produk kertas Indonesia ke pasar Eropa.

Untuk mengatasi tantangan ini, Kementerian Perindustrian telah menyusun sejumlah langkah strategis, termasuk penguatan tata kelola bahan baku KDU dari dalam negeri maupun impor, peningkatan daya saing produk melalui hilirisasi, dan adopsi teknologi terkini. Selain itu, pemerintah juga mendorong penerapan prinsip ekonomi sirkular untuk meningkatkan recovery rate bahan baku dalam negeri dan memperluas pasar ekspor melalui perjanjian kerja sama internasional.

“Kami juga sedang mempersiapkan standar spesifikasi untuk KDU sebagai bahan baku industri. Langkah ini termasuk pembinaan pengelolaan impuritas secara mandiri sesuai kebutuhan industri dan penyusunan rencana kebutuhan KDU dalam neraca komoditas nasional,” tambah Putu.

DISSINDO
Top Mortar Semen Instan