Penjualan semen domestik pada Januari 2020 tercatat sebesar 5,2 juta ton atau turun 7,5% yoy. Nilai tersebut lebih rendah dari Januari 2019 yang sebesar -1,3% yoy.
Faktor penyebabnya adalah pertumbuhan sektor properti yang masih lamban. Sementara itu, ekspor semen tumbuh tinggi yakni sebesar 57,4% yoy atau tercatat sebesar 376,2 ribu ton.
Menurut wilayah, pertumbuhan penjualan semen domestik yang negatif terjadi di semua wilayah kecuali Maluku dan Papua.
Pada Januari 2020, pertumbuhan penjualan semen terendah terjadi di wilayah Sumatera yang tercatat sebesar -10,5% yoy, kemudian diikuti oleh wilayah Jawa dan Kalimantan yang masing-masing sebesar -9,6% yoy dan -6,7% yoy.
Semua provinsi di Jawa mengalami kontraksi penjualan semen. Menurut Office of Chief Economist, PT Bank Mandiri, kontraksi penjualan semen terdalam terjadi di Yogyakarta yang tercatat sebesar -35,6% yoy atau sebesar 0,08 juta ton pada Januari 2020.
Kemudian diikuti oleh penjualan semen di DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat yang masing-masing sebesar -14,1% yoy, -13,5% yoy, -10,6 % yoy, -7,9% yoy dan -3,8% yoy.
Pertumbuhan penjualan semen domestik pada Januari 2020 merupakan Januari yang terendah selama 10 tahun terakhir.
Riset ekonomi Bank Mandiri memperkirakan pertumbuhan penjualan semen pada 2020 akan mencapai 1,2% yoy, sedikit membaik dibandingkan 2019 yang sebesar 0,3% yoy.