Ruang Kredit Masih Longgar, OJK Prediksi Pertumbuhan Pinjaman Meningkat Bertahap

0
41
Ruang Kredit Masih Longgar, OJK Prediksi Pertumbuhan Pinjaman Meningkat Bertahap
Ruang Kredit Masih Longgar, OJK Prediksi Pertumbuhan Pinjaman Meningkat Bertahap (Foto Ilustrasi)
Pojok Bisnis

Dorongan kredit perbankan nasional diperkirakan masih berlanjut dalam beberapa bulan ke depan, meski laju pertumbuhan pinjaman yang belum dicairkan atau undisbursed loan diproyeksikan bergerak lebih moderat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai kondisi ini sebagai bagian dari penyesuaian strategi perbankan terhadap perubahan arah ekonomi dan dinamika pasar.

Data Bank Indonesia menunjukkan nilai undisbursed loan pada September 2025 mencapai Rp2.374,8 triliun atau setara 22,54 persen dari total plafon kredit. Persentase ini sedikit menurun dibandingkan posisi bulan sebelumnya yang sebesar 22,71 persen. Kendati demikian, otoritas menilai angka tersebut tetap mencerminkan kuatnya permintaan kredit dari dunia usaha.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menyampaikan bahwa posisi undisbursed loan yang tinggi masih menjadi indikator positif. “Ini menunjukkan keyakinan pelaku usaha akan prospek ekonomi, serta ruang pembiayaan yang masih tersedia untuk menopang ekspansi usaha,” ujar Dian dalam keterangan tertulis, Minggu (2/11).

Pada Agustus lalu, pertumbuhan undisbursed loan mencapai 10,09 persen secara tahunan, jauh lebih kuat dibandingkan kenaikan 5,74 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya. Menurut Dian, ruang pembiayaan yang tersisa tersebut akan menjadi pendorong bagi peningkatan realisasi kredit, seiring membaiknya keyakinan pelaku usaha dan kondisi perekonomian. Jika momentum ini terjaga, pertumbuhan pinjaman berpotensi meningkat signifikan dalam beberapa periode mendatang.

PT Mitra Mortar indonesia

Kinerja Kredit dan Proyeksi Ekonomi

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebut bahwa undisbursed loan terbesar berasal dari segmen korporasi. Sektor perdagangan, industri pengolahan, serta pertambangan menjadi penyumbang utama, khususnya pada pembiayaan modal kerja. Hal ini menandai adanya kesiapan pelaku industri untuk memperluas kegiatan produksi ketika momentum ekonomi membaik.

Di sisi realisasi kredit, perbankan mencatat pertumbuhan 7,70 persen secara tahunan pada September 2025, naik sedikit dibandingkan 7,56 persen pada bulan sebelumnya. Kredit modal kerja dan kredit konsumsi menunjukkan perlambatan, masing-masing di angka 3,37 persen dan 7,42 persen yoy. Namun, kredit investasi justru melesat dengan pertumbuhan 15,18 persen yoy, menandakan perusahaan mulai menyusun rencana ekspansi jangka panjang berbasis modal tetap.

Meski demikian, bank sentral mencatat bahwa permintaan kredit masih belum pulih sepenuhnya. Banyak pelaku usaha masih bersikap wait and see dan memaksimalkan pendanaan internal di tengah suku bunga kredit yang relatif tinggi. Dari sisi likuiditas, dana pihak ketiga tumbuh 11,18 persen, dengan rasio alat likuid terhadap DPK di posisi 29,29 persen, memberikan ruang yang luas bagi perbankan untuk menyalurkan pembiayaan.

Secara garis besar, BI melihat minat perbankan dalam penyaluran kredit masih kuat dan tercermin pada standar pemberian kredit yang tidak terlalu ketat. Dengan kondisi demikian, BI memperkirakan pertumbuhan pinjaman berada di batas bawah target 8–11 persen pada 2025, namun diyakini akan menguat tahun depan seiring meningkatnya aktivitas ekonomi dan kepercayaan bisnis.

DISSINDO
Top Mortar Semen Instan