Jakarta – Menparekraf Sandiaga Uno menyebutkan startup atau perusahaan rintisan di Indonesia perlu tetap waspada dalam menjalankan bisnisnya di tengah kekhawatiran global terhadap industri startup akibat tutupnya Sillicon Valley Bank (SVB) di AS.
“Kita perlu tetap waspada. Jangan bilang, ‘wah gak ada dampaknya’. Saya rasa kita lihat dulu, startup-startup kita kalau perlu boleh lakukan stress test,” kata Sandi.
SVB merupakan bank yang beroperasi di AS dan secara khusus berfokus pada nasabah serta pendanaan startup.
Pada pekan, Jumat (10/3), masyarakat global dikejutkan dengan kabar SVB yang dinyatakan bangkrut akibat krisis modal.
Sandi mengatakan dari kasus SVB tersebut meski tidak akan secara langsung berpengaruh, kewaspadaan perusahaan rintisan di Indonesia dalam menyiapkan strategi bisnis khususnya terkait permodalan harus tetap dikembangkan.
Salah satunya lewat penerapan “stress test”, dengan menyiapkan skema seandainya perusahaan startup tidak lagi mendapatkan permodalan dari investor.
“Jadi kita harus menyiapkan skenario a,b,c,d. Skenario terburuk sekalipun harus kita siapkan. Kita harus terbuka. Namun tentunya itu semua harus dilakukan dengan penuh kebijaksanaan,” katanya.
Selain menyiapkan skema untuk internal perusahaan, Sandi mengatakan perusahaan rintisan juga bisa ikut terlibat untuk pengembangan kompetensi dan jejaring mitra-mitra eksternalnya sehingga bisa mencegah terjadinya kasus seperti SVB.
Menurutnya, salah satu mitra yang dapat dimaksimalkan potensinya adalah para pelaku Usaha Mikro,Kecil, dan Menengah (UMKM) yang kini jumlahnya telah mencapai 64,5 juta secara nasional.
Dengan peningkatan kapasitas UMKM khususnya yang masuk ke ekosistem digital, besar kemungkinan industri startup yang bermitra dengan UMKM bisa memiliki daya tahan lebih kuat dari sisi bisnis.
“Kalau ekosistem UMKM-UMKM kita diperkuat bersama-sama dengan para pelaku industri lainnya, ini (UMKM) kekuatannya bahkan bisa lebih kuat dibanding perusahaan-perusahaan besar,” ujar Sandi.