Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) telah mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk melindungi pemain penyedia layanan internet (ISP) lokal dari persaingan dengan rencana satelit orbit rendah (LEO) Starlink yang akan memasuki pasar ritel dengan tarif yang lebih terjangkau.
Kabar mengenai kedatangan bos Starlink, Elon Musk, ke Indonesia bulan ini untuk membahas bisnis operasionalnya telah menjadi perbincangan. Ketua Umum APJII, Muhammad Arif, mengungkapkan bahwa informasi yang diterimanya menunjukkan bahwa Elon Musk akan berkunjung ke Indonesia minggu depan.
Pernyataan ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Menteri Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, beberapa waktu yang lalu. Terkait pertemuan ini, Arif menyatakan bahwa beberapa anggota ISP memiliki harapan agar pemerintah mempertimbangkan dampak bisnis mereka.
Tantangan dari Kehadiran Starlink
ISP lokal khawatir bahwa kehadiran Starlink dapat mengancam eksistensi ISP kecil. Terlebih lagi, kabar yang beredar menyebutkan bahwa Starlink bersedia menawarkan harga yang sangat kompetitif di pasar ritel.
“Ketika mereka sudah masuk dengan harga tertentu, itu akan menjadi patokan di pasar. Ini yang menjadi kekhawatiran kami, terutama bagi rekan-rekan yang melayani daerah-daerah pedesaan. Meskipun untuk segmen bisnis ke bisnis (B2B) masih berjalan baik, namun jika mereka memasuki pasar dengan harga lebih murah daripada yang tertera di situs web, ini benar-benar mengkhawatirkan,” ujar Arif pada Senin (2/10/2023).
Prediksi Tarif Layanan Starlink di Indonesia
Berdasarkan informasi yang beredar, diperkirakan harga layanan Starlink di Indonesia berkisar antara Rp2 juta hingga Rp3 juta per bulan untuk pasar korporasi. Sementara itu, untuk pasar ritel, harganya belum diketahui. Namun, di situs resmi Starlink, harga layanan bervariasi di tiap-tiap daerah, termasuk di negara tetangga seperti Malaysia.
Di Malaysia, layanan Starlink ditawarkan dengan harga sekitar MYR2200 atau sekitar Rp722.004 per bulan (dengan kurs: Rp3.281/MYR). Kecepatan internet Starlink di Malaysia mencapai sekitar 16-25 Mbps untuk unggah dan 70-149 Mbps untuk unduh, dengan latensi sekitar 113-186 ms.
Selain itu, Starlink juga telah hadir di Australia, dengan harga layanan sekitar AS$139 atau sekitar Rp1,3 juta (dengan kurs: Rp9.864/AU$). Kecepatan internet Starlink di Australia bervariasi di setiap wilayahnya.
Di Melbourne, kecepatan unggah berkisar antara 11-20 Mbps, unduh 84-177 Mbps, dan latensi sekitar 40-48 milidetik. Sementara di Perth, kecepatan unggah sekitar 15-27 Mbps, unduh sekitar 136-231 Mbps, dan latensi sekitar 30-40 ms.
Arif juga menambahkan bahwa akses internet Starlink sangat mudah bagi masyarakat, hanya dengan mengarahkan antena penerima sinyal ke langit, sinyal satelit Starlink dapat diterima oleh warga Indonesia. Namun, sayangnya, akses ini tidak melalui operator lokal sehingga tidak dapat dimonitor dalam hal data yang masuk dan keluar.
“Pergerakan mereka juga tidak termonitor. Ini juga menjadi salah satu kekhawatiran kami. Terutama, pemerintah terkesan memberikan dukungan yang besar bagi mereka,” kata Arif.