Bermpat.com – Sebuah survei pada 2018 pernah dilakukan oleh ISACA. Organisasi internasional yang bergerak di bidang tata kelola teknologi informasi ini pun menemukan bahwa serangan cyber terhadap perusahaan di tahun ini masih akan tinggi.
Pada laporannya, State of Cybersecurity 2018, sebanyak 50% responden mengaku mengalami peningkatan serangan dibanding tahun lalu dan 25% menyatakan jumlah serangan yang diterima sama seperti tahun lalu. Sementara 18% menjawab tidak tahu dan hanya 6% yang mengaku mengalami pengurangan serangan cyber dibandingkan tahun lalu.
Masih dalam laporan yang sama, ISACA pun menyimpulkan bahwa mayoritas responden percaya akan mendapatkan lebih banyak serangan cyber lagi di tahun ini. Pasalnya, sebanyak 42% menjawab sangat mungkin terjadi, 38% menganggap mungkin, 14% menjawab ragu, 5% menjawab tidak mungkin, dan hanya 1% yang menjawab sangat tidak mungkin.
Menanggapi hal tersebut, Clement Low, Cyber Operation Consultan dari Horangi Cyber Security menyebut bahwa serangan cyber sangat cepat beradaptasi terhadap pertahanan cyber perusahaan.
“Tren cybersecurity berubah untuk menghindari kontrol defensif yang sudah ada yang diterapkan oleh organisasi dan pengguna. Sesuai dengan artikel 7 cybersecurity trends to watch out for in 2018, ada prediksi bahwa serangan yang didukung AI, ransomware & Internet of Things, sandbox yang menghindar dari malware dan serangan yang disponsori negara,” tulisnya dalam keterangan resmi yang diterima Berempat.com, Selasa (14/8).
Untuk itu, menurut Clement, di era digital yang dinamis dan berkembang ini, keberadaan cybersecurity sangat penting bagi sebuah bisnis. Pasalnya, proses bisnis saat ini sudah menghasilkan data, lalu mengubahnya menjadi informasi dan pengetahuan sebelum akhirnya menghasilkan nilai bagi perusahaan.
“Pada dasarnya, data diubah menjadi pengetahuan yang menciptakan nilai bagi organisasi. Output dari proses bisnis adalah data yang penting bagi perusahaan mana pun. Di usia ini, data digital yang digunakan, diproses, dan disimpan oleh aplikasi mungkin rentan terhadap ancaman berbahaya yang mengancam kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan data,” imbuhnya.
Clement pun menilai bahwa sangat penting fungsi IT dapat beroperasi secara optimal agar sesuai dengan harapan manajemen. Sebab jika tidak, mungkin akan ada dampak negatif bagi perusahaan. Jadi, perlu ada jaminan dan keamanan untuk melindungi aset data dan informasi yang dimiliki perusahaan.
“Organisasi tidak dapat mengabaikan kebutuhan cybersecurity dan bisnis sangat saling berhubungan melalui internet. Interkoneksi meningkatkan risiko paparan terhadap ancaman, memberi insentif dan memotivasi penjahat menyerang korban yang rentan untuk mencapai tujuan mereka,” tegasnya.